Yeremia 7:27

"Engkau akan berkata kepada mereka: Inilah umat yang tidak mendengarkan suara TUHAN, Allah mereka, dan yang tidak mau menerima didikan. Kesetiaan telah hilang, sudah terputus dari mulut mereka."
Dengarkan dan Taati
Simbol ajaran dan pendengaran

Firman Tuhan yang disampaikan melalui Nabi Yeremia dalam pasal 7 ayat 27 adalah sebuah peringatan keras namun penuh makna bagi umat Israel pada zamannya, dan relevansinya bergema kuat hingga kini. Ayat ini menggambarkan sebuah kondisi spiritual yang menyedihkan: umat yang seharusnya menjadi terang bagi bangsa lain, justru menolak suara Tuhan dan menolak didikan yang diberikan.

Pesan Yeremia ini bukan sekadar ramalan kehancuran, melainkan sebuah diagnosis mendalam tentang akar masalah yang dihadapi bangsa Israel. Mereka sedang dalam proses menjauh dari perjanjian mereka dengan Tuhan. Mereka membangun tembok kemegahan fisik, Yerusalem dan Bait Suci, namun hati mereka kosong dari ketaatan. Mereka melakukan ritual keagamaan, namun tindakan sehari-hari mereka jauh dari kehendak ilahi. Penolakan terhadap suara Tuhan adalah inti dari pemberontakan mereka, sebuah penolakan yang berujung pada hilangnya "kesetiaan" dari mulut mereka.

Konsep "mendengarkan suara TUHAN" bukanlah sekadar pendengaran pasif. Dalam konteks Alkitab, mendengarkan berarti memahami, merenungkan, dan yang terpenting, bertindak sesuai dengan apa yang didengar. Yeremia diutus untuk mengingatkan mereka bahwa ada konsekuensi serius ketika umat Tuhan memilih untuk tuli terhadap firman-Nya. Didikan, yang dalam bahasa Ibrani seringkali memiliki makna disiplin atau koreksi, adalah sarana Tuhan untuk menuntun umat-Nya kembali ke jalan yang benar. Namun, umat ini memilih untuk mengabaikannya.

Hilangnya kesetiaan dari mulut mereka menunjukkan betapa dalamnya jurang pemisah antara janji-janji mereka kepada Tuhan dan tindakan nyata mereka. Kesetiaan, sebagai sebuah karakter ilahi, seharusnya terpancar dalam setiap aspek kehidupan mereka. Namun, yang terjadi adalah sebaliknya. Mereka membiarkan ketidaksetiaan merajalela, mengikis fondasi moral dan spiritual mereka. Ini adalah sebuah ironi tragis: umat yang dipanggil untuk menjadi umat perjanjian, justru melanggar janji-janji mereka sendiri dan Tuhan.

Relevansi Yeremia 7:27 di masa kini sangatlah kuat. Kita hidup di era informasi yang melimpah, di mana suara-suara dari segala penjuru bersaing untuk mendapatkan perhatian kita. Gereja dan individu Kristen pun tidak luput dari godaan untuk mengabaikan suara Tuhan. Kemudahan akses terhadap hiburan, tuntutan kehidupan modern, dan godaan untuk mengikuti arus dunia, semuanya bisa menjadi alasan untuk tidak lagi secara aktif mendengarkan dan mengindahkan firman Tuhan. Pertanyaan yang perlu kita renungkan adalah: apakah kita benar-benar mendengarkan suara Tuhan, ataukah kita lebih sering mendengarkan suara lain yang lebih nyaman dan populer?

Didikan ilahi mungkin terasa tidak nyaman, bahkan menyakitkan. Namun, seperti seorang dokter yang memberikan resep pahit untuk kesembuhan, didikan Tuhan bertujuan untuk pemulihan dan pertumbuhan rohani kita. Menolak didikan Tuhan berarti menolak kesempatan untuk diperbaiki, untuk dikuatkan, dan untuk semakin menyerupai Kristus. Ketika kita kehilangan kesetiaan, baik dalam ucapan maupun perbuatan, kita menunjukkan bahwa hubungan kita dengan Tuhan tidak lagi menjadi prioritas utama. Yeremia 7:27 menjadi panggilan untuk kembali merenungkan komitmen kita, untuk membuka telinga hati kita terhadap suara Tuhan, dan untuk menghidupi kesetiaan yang telah Dia ajarkan.