Yeremia 9:7 - Kebijaksanaan Sejati dalam Tuhan

"Sebab itu beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Lihat, Aku akan memakan umat-Ku daging manusia dan meminum mereka darah; Aku akan menjadi pahit tuli terhadap mereka."

Ayat Yeremia 9:7 seringkali terdengar mengerikan. Sekilas, ayat ini berbicara tentang hukuman dan murka Tuhan yang dahsyat terhadap umat-Nya. Namun, seperti banyak bagian dalam Kitab Suci, pemahaman yang mendalam memerlukan konteks dan perspektif yang lebih luas. Ayat ini bukanlah berdiri sendiri, melainkan bagian dari sebuah seruan kenabian yang lebih besar untuk pertobatan dan pengakuan akan hikmat sejati.

Dalam konteks pasal 9 Kitab Yeremia, sang nabi sedang meratapi dosa dan kebejatan bangsa Israel. Mereka telah berpaling dari Tuhan, mengandalkan kekuatan duniawi, dan melupakan sumber kebijaksanaan sejati mereka. Yeremia dikirim untuk menyampaikan firman Tuhan yang berisi peringatan keras. Kata-kata "memakan umat-Ku daging manusia dan meminum mereka darah" adalah sebuah metafora yang kuat untuk menggambarkan kehancuran total dan penghukuman yang akan datang sebagai akibat dari dosa-dosa mereka.

Namun, apa yang dimaksud dengan hikmat sejati di sini? Justru di tengah-tengah ancaman penghukuman ini, di ayat-ayat sebelum dan sesudah ayat 7, Yeremia menyerukan sebuah alternatif. Ia berkata, "Beginilah firman TUHAN: Janganlah orang berhikmat bermegah karena hikmatnya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya. Tetapi siapa yang mau bermegah, biarlah ia bermegah karena memperoleh pengertian dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menegakkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sebab semuanya ini Aku berkenan, demikianlah firman TUHAN." (Yeremia 9:23-24).

Di sinilah inti pesan yang cerah dan menyejukkan. Di tengah peringatan keras tentang konsekuensi dosa, Tuhan juga menawarkan jalan keluar dan sumber sukacita yang sejati. Kebijaksanaan duniawi, kekuatan manusia, dan kekayaan materi adalah hal yang sementara dan bisa membawa kehancuran jika menjadi fokus utama. Sebaliknya, hikmat sejati terletak pada pengertian mendalam dan pengenalan akan Tuhan. Mengenal Tuhan berarti memahami karakter-Nya yang penuh kasih setia, keadilan, dan kebenaran.

Tuhan yang sama yang harus menghukum karena dosa adalah Tuhan yang sama yang menegakkan prinsip-prinsip moral yang luhur. Memiliki pengertian dan mengenal Tuhan adalah anugerah terindah yang patut dibanggakan. Ini bukan tentang kesombongan, melainkan tentang kedekatan yang mendalam dengan Sang Pencipta. Dalam hubungan inilah kita menemukan ketenangan, arahan, dan tujuan hidup yang sesungguhnya.

Tuhan Sumber Hikmat
Simbol visual yang melambangkan kebijaksanaan dan pencerahan yang bersumber dari Tuhan.

Oleh karena itu, Yeremia 9:7, meskipun keras, mengarahkan kita pada pemahaman yang lebih dalam tentang keadilan dan kasih Tuhan. Penghukuman datang karena keengganan untuk berpaling dari dosa dan merangkul kebenaran-Nya. Hikmat sejati adalah hadiah yang ditawarkan, yaitu pengenalan yang intim dengan Tuhan yang berdaulat, yang menegakkan kasih setia, keadilan, dan kebenaran.

Memilih untuk "bermegah dalam memperoleh pengertian dan mengenal Tuhan" adalah pilihan yang membawa kehidupan dan pengharapan yang kekal, jauh melampaui segala kesenangan duniawi yang bersifat sementara. Ini adalah ajakan untuk memfokuskan hati dan pikiran pada sumber kebijaksanaan yang tidak pernah habis dan kasih yang tak terbatas.