Yesaya 10:13

Sebab ia berkata: "Karena hikmatku, dan karena keperkasaanku, aku sendiri yang bertindak; sebab akulah orang yang berakal budi, dan aku memindahkan batas-batas negeri, dan merampasi harta benda mereka, dan dengan kekuatan tanganku aku meruntuhkan orang-orang yang berkuasa.

X Ilustrasi yang menggambarkan sesuatu yang besar dan kuat dihancurkan atau dijatuhkan, diwakili oleh tanda silang di dalam lingkaran yang cerah.

Ayat ini dari Kitab Yesaya, pasal 10 ayat 13, mengungkapkan sebuah gambaran tentang kesombongan dan rasa percaya diri yang berlebihan dari seorang penguasa atau bangsa. Dalam ayat ini, sang subjek berbicara dengan nada congkak, membanggakan diri atas "hikmat" dan "keperkasaan" yang dimilikinya. Ia mengklaim bahwa dengan kecerdasan dan kekuatannya sendiri, ia mampu mencapai apa pun yang diinginkannya. Hal ini bukan hanya tentang prestasi pribadi, tetapi juga tentang tindakan-tindakan besar yang telah ia lakukan, seperti "memindahkan batas-batas negeri" dan "merampasi harta benda." Ini adalah deskripsi dari ekspansi wilayah dan penjarahan yang dilakukan oleh kekuatan militer yang dominan.

Lebih jauh lagi, ayat ini menyoroti bagaimana penguasa yang sombong ini memandang rendah orang lain, terutama mereka yang berkuasa. Dengan "kekuatan tangan," ia "meruntuhkan orang-orang yang berkuasa." Ini menunjukkan ambisi yang tak terpuaskan untuk menaklukkan dan menguasai, serta keyakinan bahwa tidak ada kekuatan lain yang mampu menandingi kekuatannya. Ada keangkuhan yang mendalam dalam perkataan ini, sebuah penolakan untuk mengakui keterbatasan diri atau ketergantungan pada kekuatan yang lebih tinggi.

Namun, konteks dalam Kitab Yesaya sering kali membawa pesan peringatan dan penghakiman terhadap kesombongan semacam itu. Ayat-ayat yang mendahului dan mengikuti ayat 13 ini biasanya menggambarkan bahwa kesombongan dan penindasan ini akan mendatangkan murka dan kejatuhan dari Tuhan. Kebanggaan yang berlebihan, tanpa kerendahan hati dan rasa hormat kepada Tuhan, pada akhirnya akan membawa kehancuran bagi pelakunya. Penguasa yang mengandalkan kekuatan dan hikmatnya sendiri akan terbukti rapuh ketika dihadapkan pada kekuatan ilahi yang tak tertandingi.

Pesan dalam Yesaya 10:13 adalah peringatan abadi tentang bahaya kesombongan. Manusia, sekaya atau sekuat apapun ia, memiliki keterbatasan. Menganggap diri sendiri sebagai sumber segala kekuatan dan kebijaksanaan adalah sebuah kesalahan mendasar yang sering kali berujung pada penyesalan. Sejarah telah berulang kali membuktikan bahwa kekaisaran yang paling megah pun akhirnya runtuh ketika kesombongan menguasai para pemimpinnya. Kitab Suci mengajarkan bahwa sumber kekuatan sejati dan hikmat yang bertahan lama berasal dari Tuhan, dan mengandalkan-Nya dengan kerendahan hati adalah jalan menuju ketahanan yang langgeng.

Oleh karena itu, Yesaya 10:13 mengingatkan kita untuk selalu meninjau sikap hati kita. Apakah kita cenderung membanggakan pencapaian kita sendiri dan melupakan Sumber segala kebaikan? Apakah kita merasa lebih unggul dari orang lain karena kehebatan yang kita miliki? Ayat ini mendorong kita untuk mengendalikan kesombongan, memupuk kerendahan hati, dan selalu mengakui bahwa kekuatan dan hikmat sejati datang dari Yang Maha Kuasa. Kebanggaan yang tanpa batas akan selalu dihancurkan, tetapi kerendahan hati di hadapan Tuhan akan mendatangkan berkat dan kekuatan yang sejati.