Yesaya 22:12

Dan TUHAN semesta alam memanggil kamu pada hari itu untuk menangis dan berkabung, mencukur rambut dan mengenakan kain kabung. Ilustrasi simbolis menangis dan bersedih dengan warna sejuk

Ayat dari Kitab Yesaya ini, yang bertuliskan "Dan TUHAN semesta alam memanggil kamu pada hari itu untuk menangis dan berkabung, mencukur rambut dan mengenakan kain kabung," membawa pesan yang mendalam tentang respons yang seharusnya kita berikan ketika dihadapkan pada kebenaran firman Tuhan atau ketika menyadari kesalahan dan dosa dalam hidup kita. Frasa "pada hari itu" mengacu pada momen penghakiman atau momen kesadaran rohani yang signifikan, di mana Tuhan sendiri yang menginisiasi panggilan tersebut.

Panggilan untuk "menangis dan berkabung" bukanlah sekadar ekspresi kesedihan biasa. Ini adalah gambaran dari penyesalan yang mendalam, pengakuan atas kegagalan, dan kesadaran akan kerusakan yang disebabkan oleh dosa. Mencukur rambut dan mengenakan kain kabung adalah simbol-simbol kuno dari kesedihan yang mendalam dan kerendahan hati. Dalam konteks spiritual, ini melambangkan kesediaan untuk melepaskan kebanggaan diri, menundukkan hati, dan mengakui ketidakmampuan diri untuk memperbaiki keadaan tanpa pertolongan Ilahi.

Seringkali, dalam kehidupan sehari-hari, kita cenderung mengabaikan atau menunda respons semacam ini. Godaan untuk terus menjalani hidup seperti biasa, bahkan ketika ada panggilan dari Tuhan untuk merenungkan hidup, bisa sangat kuat. Namun, Yesaya 22:12 mengingatkan kita bahwa ada waktu dan tempat untuk refleksi yang tulus. Ini adalah ajakan untuk berhenti sejenak dari kesibukan duniawi dan mengarahkan pandangan ke dalam diri, memeriksa hati, dan berserah kepada kehendak Tuhan.

Penting untuk dicatat bahwa panggilan ini datang dari "TUHAN semesta alam." Ini menegaskan otoritas dan kekuasaan-Nya. Panggilan untuk bertobat dan berkabung bukan berasal dari ancaman kosong, melainkan dari Sumber kehidupan itu sendiri, yang memiliki hikmat dan kasih yang tak terbatas. Melalui peringatan ini, Tuhan bukan bermaksud menghukum semata, melainkan seringkali memberikan kesempatan untuk pemulihan dan rekonsiliasi. Dengan mengakui dosa dan kesalahan kita, kita membuka pintu bagi Tuhan untuk bekerja dalam hidup kita, membersihkan kita, dan mengembalikan kita ke jalan yang benar.

Konteks historis di balik ayat ini seringkali terkait dengan penghakiman atas Yerusalem yang lalai dan berpuasa secara lahiriah tanpa hati yang sungguh-sungguh. Namun, prinsipnya tetap berlaku universal. Kita dipanggil untuk memiliki hati yang tunduk dan siap merespons panggilan Tuhan dengan kesungguhan. Ini adalah undangan untuk pertobatan sejati, bukan sekadar ritual, melainkan perubahan hati yang mendalam. Dengan meresapi Yesaya 22:12, kita diingatkan akan pentingnya introspeksi spiritual dan kesediaan untuk tunduk pada otoritas Ilahi dalam segala aspek kehidupan kita.