"Ia telah mengulurkan tangan-Nya atas laut, menggoncangkan kerajaan-kerajaan; Ia telah memerintahkan: "Tirus, bentengmu akan runtuh!"
Kitab Yesaya, sebagai salah satu nabi terbesar dalam Perjanjian Lama, seringkali diutus untuk menyampaikan pesan-pesan keadilan, penghakiman, dan pengharapan dari Tuhan. Dalam pasal 23, perhatian utama diarahkan pada kota Tirus, sebuah pusat perdagangan maritim yang kaya dan berkuasa di Fenisia. Ayat kesebelas, "Ia telah mengulurkan tangan-Nya atas laut, menggoncangkan kerajaan-kerajaan; Ia telah memerintahkan: "Tirus, bentengmu akan runtuh!"" merupakan deklarasi ilahi yang menegaskan murka Tuhan atas kesombongan dan keangkuhan Tirus, serta kepastian akan kehancurannya.
Tirus, pada masanya, adalah salah satu kota terkaya di dunia kuno. Lokasinya yang strategis di tepi Laut Mediterania menjadikannya pelabuhan penting untuk perdagangan barang-barang mewah, termasuk kayu aras Lebanon yang terkenal, kain ungu Tyrian, dan berbagai komoditas lainnya. Kekayaan ini membawa kepada Tirus pengaruh politik dan budaya yang signifikan. Namun, seiring dengan kemakmuran, datang pula kesombongan. Penduduknya, para pedagang dan penguasanya, menjadi sangat percaya diri pada kekuatan ekonomi dan pertahanan mereka, bahkan membangun benteng-benteng yang kokoh. Mereka menganggap diri mereka aman dan tak tersentuh oleh kekuatan eksternal, bahkan oleh campur tangan ilahi sekalipun.
Namun, Yesaya menegaskan bahwa kekuatan Tirus, baik secara ekonomi maupun pertahanan, tidaklah sebanding dengan kekuasaan Sang Pencipta. Frasa "Ia telah mengulurkan tangan-Nya atas laut" adalah metafora yang kuat untuk menunjukkan intervensi langsung Tuhan. Laut, yang merupakan sumber kekayaan Tirus, juga menjadi area di mana Tuhan dapat menunjukkan otoritas-Nya. Tuhan bukan hanya berkuasa atas daratan, tetapi juga atas lautan dan segala kerajaan yang ada di dalamnya. Perintah Tuhan kepada Tirus, "Tirus, bentengmu akan runtuh!" bukanlah sekadar ramalan, melainkan sebuah ketetapan ilahi. Ini menunjukkan bahwa Tuhan memiliki rencana untuk membawa kehancuran bagi kota yang telah melupakan-Nya dan mengandalkan kekuatan duniawi semata.
Nubuat ini bukan hanya tentang kehancuran fisik Tirus, tetapi juga tentang kejatuhan kerajaan-kerajaan yang terjalin dengannya melalui perdagangan. Ketika Tirus runtuh, dampaknya akan terasa luas, menggoncangkan stabilitas kerajaan-kerajaan lain yang bergantung pada hubungan dagangnya. Pesan ini adalah pengingat keras bagi semua bangsa, dan khususnya bagi umat Tuhan, bahwa kesombongan dan penolakan terhadap kedaulatan Tuhan pasti akan mendatangkan penghakiman. Keagungan yang dibangun di atas fondasi kesombongan dan penolakan terhadap Tuhan tidak akan bertahan lama. Sebaliknya, Yesaya juga menyampaikan pesan pengharapan bagi masa depan, menunjukkan bahwa setelah penghakiman, akan ada pemulihan dan kebangkitan yang mulia. Namun, untuk Tirus, pasal 23 ini lebih fokus pada realitas keadilan ilahi yang akan menimpa kesombongan.