"Dan tapak-tapak kaki orang yang congkak itu akan diinjak-injak, dan kaki orang fasik itu akan dilumatkan."
Kitab Yesaya adalah salah satu kitab kenabian dalam Perjanjian Lama yang sarat dengan pesan peringatan, penghiburan, dan nubuat tentang masa depan. Di dalam pasal 28, nabi Yesaya menyampaikan teguran keras terhadap para pemimpin dan umat Israel yang telah menyimpang dari jalan Tuhan. Salah satu ayat yang sangat kuat dan menggugah adalah Yesaya 28:3, yang berbunyi, "Dan tapak-tapak kaki orang yang congkak itu akan diinjak-injak, dan kaki orang fasik itu akan dilumatkan."
Ayat ini secara gamblang menggambarkan konsekuensi dari kesombongan dan kefasikan. "Orang yang congkak" merujuk pada mereka yang mengangkat diri mereka lebih tinggi dari yang seharusnya, mengandalkan kekuatan atau kebijaksanaan mereka sendiri, dan menolak untuk tunduk pada otoritas ilahi. Mereka berjalan dengan angkuh, merasa tak tersentuh oleh kekuasaan siapapun, apalagi kekuasaan Tuhan. Namun, Firman Tuhan menyatakan bahwa kesombongan ini tidak akan bertahan. Kaki mereka yang melangkah dengan angkuh pada akhirnya akan diinjak-injak, sebuah gambaran tentang kehinaan dan kekalahan total.
Sementara itu, "orang fasik" adalah mereka yang secara aktif melakukan kejahatan, mengabaikan hukum Tuhan, dan hidup dalam pemberontakan. Kaki mereka yang berjalan di jalan yang salah, yang membawa mereka pada perbuatan dosa, pada akhirnya akan dilumatkan. Ini menyiratkan penghancuran, kehancuran yang menyeluruh, yang tidak hanya menyakitkan tetapi juga melenyapkan jejak mereka. Ayat ini bukan sekadar ancaman, melainkan sebuah prinsip keadilan ilahi yang menyatakan bahwa Tuhan tidak akan membiarkan kesombongan dan kefasikan berkuasa selamanya.
Dalam konteks sejarah, ayat ini seringkali dikaitkan dengan penghukuman yang akan datang atas Samaria, ibu kota Kerajaan Israel Utara, yang saat itu dikuasai oleh para pemimpin yang sombong dan fasik. Namun, pesan dari Yesaya 28:3 memiliki relevansi universal dan abadi. Prinsip keadilan Tuhan berlaku bagi setiap individu dan setiap generasi. Kesombongan, dalam bentuk apapun, adalah akar dari banyak dosa dan kegagalan. Mengandalkan diri sendiri secara berlebihan, menolak nasehat Tuhan, dan menganggap remeh kebenaran akan selalu membawa kehancuran.
Sebaliknya, ayat ini juga dapat dilihat sebagai janji penghiburan bagi orang-orang yang rendah hati dan benar di hadapan Tuhan. Meskipun mereka mungkin saat ini mengalami penindasan atau kesulitan, janji Tuhan adalah bahwa pada akhirnya, kebenaran akan menang. Para penindas yang sombong dan fasik akan dikalahkan, dan orang-orang yang setia akan dibebaskan. Ini mengajarkan kita pentingnya kerendahan hati, kepercayaan kepada Tuhan, dan ketekunan dalam kebenaran, bahkan ketika menghadapi tantangan.
Firman Tuhan dalam Yesaya 28:3 adalah pengingat yang jelas bahwa kesombongan dan kefasikan akan menghadapi murka Tuhan. Namun, bagi mereka yang mencari Tuhan dengan hati yang tulus, ayat ini juga membawa harapan dan kepastian akan keadilan ilahi yang pada akhirnya akan memulihkan dan membela umat-Nya.