"Celakalah mahkota yang congkak dari orang Efraim, dan keindahan yang pudar dari kebun anggurnya yang mulia, yang akan dilenyapkan! Kecelakaan itu akan menimpa pemimpin-pemimpin yang mabuk yang tertidur di lembah yang subur."
Ayat Yesaya 28:4 adalah sebuah nubuat yang tegas dari nabi Yesaya yang ditujukan kepada Kerajaan Utara Israel, yang pusatnya adalah Samaria. Kata-kata ini menggambarkan kehancuran yang akan menimpa Samaria dan para pemimpinnya. Kalimat pembuka, "Celakalah mahkota yang congkak dari orang Efraim," menyoroti kesombongan dan kebanggaan yang berlebihan yang menjadi ciri khas para penguasa Israel saat itu. Efraim, sebagai salah satu suku utama dan sering kali identik dengan Kerajaan Utara, diwakili oleh mahkota, simbol kekuasaan dan otoritas. Namun, mahkota ini digambarkan sebagai "congkak," menunjukkan bahwa kekuasaan mereka tidak didasarkan pada kebijaksanaan atau keadilan, melainkan pada arogansi yang membutakan.
Selanjutnya, ayat ini menyebutkan "keindahan yang pudar dari kebun anggurnya yang mulia." Kebun anggur dalam konteks Alkitab sering kali melambangkan kemakmuran, kesuburan, dan berkat dari Tuhan. Israel, khususnya Samaria, diberkahi dengan tanah yang subur dan hasil panen yang melimpah. Namun, keindahan ini digambarkan sebagai "pudar," mengindikasikan bahwa berkat-berkat tersebut telah disalahgunakan atau ditinggalkan, dan kemakmuran mereka akan segera berakhir. Kebun anggur yang mulia ini, yang seharusnya menjadi sumber sukacita dan pengingat akan anugerah Tuhan, kini menjadi saksi bisu dari kejatuhan mereka.
Ayat ini juga secara gamblang menyatakan bahwa kehancuran ini akan "dilenyapkan." Ini bukan sekadar kemunduran sementara, melainkan penghapusan total. Ancaman tersebut diperjelas dengan kalimat, "Kecelakaan itu akan menimpa pemimpin-pemimpin yang mabuk yang tertidur di lembah yang subur." Para pemimpin Israel digambarkan sebagai orang-orang yang mabuk dan tertidur. Keadaan mabuk di sini bisa diartikan secara harfiah maupun kiasan. Secara harfiah, mereka mungkin tenggelam dalam pesta pora dan kesenangan duniawi, mengabaikan tanggung jawab mereka. Secara kiasan, mereka mabuk oleh kekuasaan dan kepuasan diri, sehingga kehilangan kemampuan untuk melihat ancaman yang nyata dan mendengarkan peringatan Tuhan. Lembah yang subur, tempat mereka tertidur, seharusnya menjadi tempat perlindungan dan kemakmuran, namun ironisnya, justru menjadi tempat mereka jatuh dalam kehancuran karena kelalaian mereka.
Yesaya 28:4 berfungsi sebagai peringatan keras terhadap kesombongan, penyalahgunaan berkat, dan kelalaian kepemimpinan spiritual dan politik. Nubuat ini sering dikaitkan dengan invasi Asyur yang akhirnya menghancurkan Samaria pada tahun 722 SM. Kemegahan Samaria dan kekayaan Efraim tidak mampu melindungi mereka dari murka Tuhan yang datang sebagai hukuman atas dosa-dosa dan kebejatan mereka. Ayat ini mengajak setiap generasi untuk merenungkan bahaya kesombongan dan pentingnya ketaatan serta tanggung jawab, terutama bagi mereka yang memegang posisi kepemimpinan. Keindahan dan kemakmuran materi yang tidak disertai dengan hati yang bersyukur dan tunduk kepada Tuhan adalah fondasi yang rapuh dan rentan runtuh.
Sungguh, kesombongan dan kelalaian membawa kehancuran yang tak terhindarkan.