Ayat ini dari Kitab Yesaya, pasal 31, ayat 3, memberikan sebuah pelajaran penting tentang sumber kekuatan sejati dan kesalahan fatal manusia ketika mengandalkan kekuatan yang bersifat sementara dan fana. Dalam konteks historis, bangsa Israel seringkali tergoda untuk mencari pertolongan dari kekuatan duniawi, seperti Mesir, ketika menghadapi ancaman dari bangsa-bangsa lain. Namun, nabi Yesaya dengan tegas memperingatkan mereka bahwa tindakan tersebut adalah kesia-siaan.
Pernyataan bahwa "Orang Mesir adalah manusia, bukan Allah" adalah inti dari peringatan ini. Manusia, betapapun kuat, bijaksana, atau berkuasa, tetaplah makhluk ciptaan yang terbatas. Kekuatan mereka memiliki batas, kemampuan mereka tidak sempurna, dan kehidupan mereka fana. Sebaliknya, Allah adalah sumber segala kekuatan yang tak terbatas, kekal, dan sempurna. Ketika kita menyamakan atau mengandalkan kekuatan manusia setara dengan kekuatan ilahi, kita sedang membangun hidup di atas fondasi yang rapuh.
Demikian pula, perbandingan "kuda mereka adalah daging, bukan roh" menekankan ketidakmampuan dan kelemahan apa pun yang bersifat fisik atau materiil ketika dihadapkan pada kehendak ilahi. Kuda, pada masa itu, adalah simbol kekuatan militer, kecepatan, dan daya tahan. Namun, bahkan kekuatan militer yang paling tangguh sekalipun, yang terbuat dari daging dan tulang, tidak dapat menandingi kekuatan roh Tuhan. Roh Tuhan bersifat ilahi, abadi, dan memiliki kuasa mutlak atas segala ciptaan. Mengandalkan kekuatan yang bersifat fisik semata ibarat berharap pada angin yang dapat berubah arah kapan saja, atau pada sungai yang suatu saat bisa mengering.
Ayat ini kemudian melanjutkan dengan sebuah konsekuensi yang mengerikan: "Kalau TUHAN mengulurkan tangan-Nya, yang menolong akan tergelincir, dan yang ditolong akan rebah; mereka sekalian akan binasa bersama-sama." Ini bukan berarti Tuhan secara aktif menjatuhkan mereka, melainkan ketika Tuhan mengizinkan atau menarik pertolongan-Nya, segala kekuatan duniawi yang coba diandalkan akan hancur berantakan. Pihak yang tadinya dianggap sebagai penolong (dalam hal ini Mesir) akan gagal dalam misinya, bahkan mungkin turut celaka. Orang yang mencari pertolongan dari sumber yang salah akan turut merasakan kejatuhan yang sama. Kegagalan mereka akan total dan menyeluruh, "mereka sekalian akan binasa bersama-sama."
Pelajaran dari Yesaya 31:3 sangat relevan bagi kita hingga saat ini. Di tengah berbagai kesulitan hidup, tantangan, dan ketidakpastian, godaan untuk mencari solusi pada hal-hal yang terlihat kuat dan meyakinkan di mata manusia selalu ada. Kita mungkin tergoda untuk mengandalkan kekayaan, kekuasaan, kecerdasan, atau bahkan hubungan antarmanusia sebagai jaminan keselamatan dan kesuksesan. Namun, firman Tuhan mengingatkan kita bahwa semua itu bersifat sementara dan tidak dapat diandalkan sepenuhnya. Hanya kepada Tuhanlah kita seharusnya berserah, karena Dialah satu-satunya sumber pertolongan yang sejati, kekal, dan tak terbatas. Kekuatan-Nya tidak pernah gagal, dan janji-Nya selalu teguh. Mempercayai Tuhan berarti membangun hidup di atas batu karang yang kokoh, yang tidak akan pernah goyah, apapun badai yang menerpa.