Kutipan dari Kitab Yesaya pasal 36 ayat 19 ini merupakan bagian dari narasi yang menegangkan tentang serangan Sanherib, raja Asyur, terhadap Yerusalem. Dalam percakapannya dengan Hizkia, raja Yehuda, juru bicara Sanherib (Rab-Sake) mencoba menebar ketakutan dan meragukan iman rakyat Yehuda kepada Tuhan mereka. Pertanyaan retoris ini adalah inti dari taktik perundungan dan peremehan yang digunakan untuk menggoyahkan kepercayaan.
Rab-Sake secara sengaja menyebutkan dewa-dewa dari negeri-negeri lain yang telah ditaklukkan oleh Asyur, seperti Hamat, Arpad, dan Sefarwaim. Tujuannya jelas: untuk menunjukkan bahwa dewa-dewa yang disembah oleh bangsa-bangsa tersebut tidak memiliki kekuatan untuk melindungi mereka dari kekuatan militer Asyur yang superior. Dengan membandingkan dewa-dewa itu dengan Tuhan Israel, Rab-Sake berusaha menyiratkan bahwa Tuhan Israel pun tidak akan mampu menyelamatkan umat-Nya, seperti halnya dewa-dewa lain gagal menyelamatkan bangsa mereka.
Arti Penting Pertanyaan Ini
Pertanyaan "Di mana dewa-dewa negeri Hamat dan Arpad? Di mana dewa-dewa Sefarwaim? Pernahkah mereka menyelamatkan Samaria dari tangan hamba-Ku?" memiliki beberapa implikasi mendalam:
- Sifat Absolut Kekuatan Ilahi: Ayat ini secara implisit menegaskan bahwa kekuasaan Tuhan Israel melampaui dewa-dewa manapun yang disembah oleh bangsa lain. Sementara dewa-dewa tersebut terbukti tidak berdaya, Tuhan Israel telah menunjukkan kemampuan-Nya dalam sejarah, meskipun terkadang melalui cara-cara yang tidak mudah dipahami.
- Kepercayaan kepada Tuhan: Pesan ini merupakan ujian kepercayaan bagi Hizkia dan rakyat Yehuda. Di tengah ancaman yang nyata dan retorika yang merendahkan, mereka ditantang untuk tetap teguh dalam iman mereka kepada Tuhan, bukan kepada kekuatan militer atau strategi politik semata.
- Kesombongan Manusia vs. Kerendahan Hati Ilahi: Rab-Sake mewakili kesombongan manusia yang percaya diri pada kekuatan teknologi dan militer. Sebaliknya, ayat ini mengingatkan bahwa kekuatan sejati datang dari sumber ilahi yang tak terbatas. Dewa-dewa yang diciptakan oleh manusia, atau yang hanya menjadi objek penyembahan tanpa kuasa nyata, pada akhirnya akan runtuh dan tidak dapat menolong.
- Peringatan dan Pemulihan: Tuhan seringkali mengizinkan umat-Nya mengalami kesulitan sebagai konsekuensi dari ketidaktaatan. Namun, seperti yang ditunjukkan dalam konteks Yesaya, Tuhan juga berjanji untuk memulihkan dan melindungi mereka yang berseru kepada-Nya dengan tulus. Ayat ini, di tengah ancaman, juga mengandung benih janji pembebasan yang akan datang.
Kisah ini menjadi pengingat abadi bahwa dalam menghadapi tantangan hidup, baik yang bersifat pribadi maupun kolektif, sumber kekuatan kita bukanlah pada apa yang kita percayai tanpa dasar, melainkan pada Tuhan yang berdaulat. Keberadaan berhala, baik yang fisik maupun yang abstrak seperti kekayaan, kekuasaan, atau ego, akan selalu terbukti tidak berdaya di hadapan otoritas ilahi. Yesaya 36:19 mengajak kita untuk merenungkan kepada siapa kita menaruh kepercayaan kita yang terdalam.