Yesaya 36:21 - Perkataan Raja Asyur

"Tetapi mereka membisu, dan tidak menjawab seorang pun, sebab titah raja ialah: 'Jangan kamu menjawab dia.'"

Konteks Ayat dan Maknanya

Ayat dari Kitab Yesaya pasal 36 ini menggambarkan momen krusial dalam sejarah Yerusalem di bawah ancaman penaklukan oleh Kerajaan Asyur. Sanherib, raja Asyur, mengirimkan para utusannya, termasuk Rabshakeh, untuk mengintimidasi dan menghasut penduduk Yerusalem serta Raja Hizkia agar menyerah. Mereka menggunakan berbagai taktik, termasuk ejekan, ancaman, dan janji palsu, dengan tujuan mematahkan semangat perlawanan umat Tuhan.

Perkataan "Tetapi mereka membisu, dan tidak menjawab seorang pun, sebab titah raja ialah: 'Jangan kamu menjawab dia.'" merujuk pada respons Hizkia dan para pejabatnya terhadap provokasi Rabshakeh. Meskipun diprovokasi dan ditantang dengan kata-kata yang meremehkan, mereka memilih untuk diam. Pilihan untuk tidak membalas bukan karena ketakutan semata, tetapi karena perintah eksplisit dari Raja Hizkia yang berakar pada keyakinan akan perlindungan Allah.

Tindakan membisu ini merupakan bentuk ketaatan dan kepercayaan kepada Allah. Hizkia memahami bahwa melawan dengan kata-kata hanya akan memperburuk keadaan dan memberi kesempatan bagi musuh untuk semakin meremehkan Tuhan mereka. Sebaliknya, ia mengandalkan intervensi ilahi. Ayat ini mengajarkan pentingnya kesabaran, kebijaksanaan, dan kehati-hatian dalam menghadapi tekanan dan ejekan, terutama ketika kepercayaan kepada Tuhan dipertaruhkan. Diam dalam situasi tertentu bisa menjadi tindakan kekuatan yang lebih besar daripada membalas dengan argumen atau emosi.

Dalam konteks yang lebih luas, Yesaya 36 merupakan bagian dari narasi tentang bagaimana Allah berdaulat atas segala bangsa dan bagaimana Ia melindungi umat-Nya ketika mereka bersandar kepada-Nya. Perkataan Raja Asyur menjadi penegasan akan kesombongan dan kekuasaan manusiawi yang pada akhirnya akan runtuh di hadapan kuasa ilahi. Keputusan Hizkia untuk tidak menjawab adalah sebuah tindakan iman yang menunjukkan bahwa jawaban sejati datangnya dari Tuhan, bukan dari percakapan yang sia-sia dengan musuh yang membenci.

Kisah ini memberikan pelajaran berharga bagi setiap orang. Terkadang, kita dihadapkan pada situasi di mana dialog atau perdebatan hanya akan mengarah pada konflik yang tidak perlu atau memperdalam luka. Dalam kasus seperti itu, memilih untuk diam, berdoa, dan menyerahkan perkara kepada Tuhan adalah respons yang lebih bijak. Ini adalah pengingat bahwa kekuatan sejati bukan terletak pada kemampuan untuk berargumen, tetapi pada kemampuan untuk menahan diri dan percaya bahwa ada kekuatan yang lebih besar yang bekerja di balik layar.

Diam adalah Ketenangan Dalam Menghadapi Ujian

Simbol ketenangan dan kebijaksanaan.