Yesaya 37:4

"Mungkin TUHAN, Allahmu, telah mendengar perkataan Rabshakeh, yang diutus oleh tuannya, raja Asyur, untuk mencemooh Allah yang hidup; dan mungkin TUHAN, Allahmu, akan menghukumnya karena perkataan yang telah didengarnya."
Simbol Doa dan Pengharapan

Ayat Yesaya 37:4 terucap dalam momen yang paling genting bagi bangsa Yehuda. Kerajaan Asyur, di bawah pimpinanan raja Sanherib yang ambisius dan kejam, telah menginvasi Yehuda dan menaklukkan kota-kota sekitarnya. Yerusalem, kota suci, kini berada di bawah ancaman langsung. Utusan raja Asyur, yang dikenal sebagai Rabshakeh, datang dengan pesan penuh ancaman dan penghinaan, bertujuan untuk mematahkan semangat bangsa Yehuda dan raja Hizkia.

Mengapa Ayat Ini Begitu Penting?

Pesan Rabshakeh bukanlah sekadar ancaman militer, tetapi juga serangan terhadap iman. Ia mencemooh dan meremehkan TUHAN, Allah Israel, dengan mengatakan bahwa dewa-dewa bangsa-bangsa lain yang telah ditaklukkan Asyur pun tidak mampu menyelamatkan mereka, apalagi TUHAN Israel. Ini adalah ujian iman yang luar biasa bagi Hizkia dan seluruh penduduk Yerusalem. Dalam situasi seperti inilah, Hizkia berpaling kepada Tuhan.

Ayat Yesaya 37:4 mencerminkan sebuah pengakuan dan harapan yang mendalam. Hizkia, melalui nabi Yesaya, berdoa dan berkata, "Mungkin TUHAN, Allahmu, telah mendengar perkataan Rabshakeh... dan mungkin TUHAN, Allahmu, akan menghukumnya." Kata "mungkin" di sini bukanlah tanda keraguan yang lemah, melainkan sebuah bentuk kerendahan hati dan pengakuan akan kedaulatan Tuhan. Hizkia menyadari bahwa ia tidak memiliki kendali atas kekuatan Asyur, namun ia percaya bahwa Tuhan mendengar dan dapat bertindak.

Pengharapan di Tengah Ketidakpastian

Kutipan ini mengingatkan kita akan sebuah kebenaran fundamental: di tengah situasi yang paling menakutkan dan tampak mustahil, kita memiliki tempat untuk berpaling. Tuhan tidak pernah lalai mendengar doa umat-Nya, terlebih ketika iman kita diuji. Rabshakeh datang dengan arogansi kekuasaan duniawi, tetapi Hizkia merespons dengan kerendahan hati rohani, menempatkan harapannya pada kekuatan ilahi yang tak tertandingi.

Doa Hizkia adalah bukti bahwa iman bukan berarti tidak adanya ketakutan, melainkan kepercayaan yang teguh bahwa Tuhan berkuasa atas segala situasi. Ia percaya bahwa Tuhan akan bertindak, entah itu dengan menghukum kesombongan Rabshakeh, atau dengan memberikan kekuatan dan jalan keluar bagi umat-Nya. Ayat ini mengajarkan kita untuk membawa kekhawatiran kita kepada Tuhan, bahkan ketika ancaman terasa sangat nyata. TUHAN, Allah yang hidup, adalah tempat perlindungan kita dan sumber pengharapan yang tak pernah padam. Ketika dunia di sekitar kita dipenuhi suara-suara yang meremehkan, marilah kita meniru Hizkia dengan mendengarkan suara Tuhan dan menaruh kepercayaan penuh kepada-Nya.