"Dia membuat ahli-ahli nujum menjadi orang bodoh, memalukan para cenayang; dia membuat para imam bijak menjadi orang bodoh, dan membuat mereka kehilangan kebijaksanaan."
Ayat Yesaya 44:25 memberikan peringatan yang sangat jelas mengenai sifat dan kekuasaan ilahi dibandingkan dengan klaim kebijaksanaan dan kekuatan yang seringkali dibanggakan oleh manusia, terutama oleh mereka yang mempraktikkan ilmu gaib atau mengaku memiliki pemahaman misterius. Nabi Yesaya, yang diutus oleh Tuhan, menyampaikan firman-Nya dengan tujuan untuk mengarahkan umat manusia kembali kepada sumber kebenaran sejati. Ayat ini secara spesifik menyoroti bagaimana Tuhan berdaulat atas segala bentuk pengetahuan dan kebijaksanaan, bahkan yang dianggap paling tinggi di mata dunia.
Ketika dikatakan bahwa Tuhan "membuat ahli-ahli nujum menjadi orang bodoh, memalukan para cenayang," ini bukan sekadar ungkapan kekecewaan, melainkan pernyataan kekuasaan yang mutlak. Para ahli nujum dan cenayang adalah mereka yang mengandalkan tanda-tanda, ramalan, atau kekuatan supernatural yang mereka yakini bisa memberikan pengetahuan dan kontrol. Namun, Yesaya menegaskan bahwa seluruh usaha mereka pada akhirnya akan sia-sia di hadapan kedaulatan Tuhan. Kebijaksanaan mereka ternyata hanyalah ilusi, dan pada waktunya, Tuhan akan menyingkapkan kerapuhan dan ketidakberdayaan mereka.
Lebih lanjut, ayat ini juga menggarisbawahi bagaimana "para imam bijak menjadi orang bodoh, dan membuat mereka kehilangan kebijaksanaan." Frasa "imam bijak" di sini bisa merujuk pada para pemimpin agama atau para cendekiawan yang mengandalkan pemahaman intelektual atau tradisi mereka sendiri tanpa mengakui Sumber Utama. Sejarah penuh dengan contoh di mana orang-orang yang dianggap paling berpengetahuan justru menjadi yang paling tertutup terhadap kebenaran ilahi. Tuhan berkuasa untuk memutarbalikkan pemahaman mereka yang menolak-Nya, menjadikan mereka tidak berdaya dan kehilangan arah.
Implikasi dari Yesaya 44:25 sangat relevan bagi kita di zaman modern. Di era informasi yang berlimpah, kita dihadapkan pada berbagai klaim pengetahuan, mulai dari sains, filsafat, hingga berbagai ajaran spiritual. Ayat ini mengingatkan kita untuk senantiasa menguji segala sesuatu dan mencari kebenaran yang mendalam dan abadi. Kebijaksanaan sejati tidak datang dari ramalan, mantra, atau sekadar kecerdasan manusia semata, melainkan dari pengenalan akan Tuhan sendiri dan ketaatan pada firman-Nya. Tuhan adalah sumber segala hikmat, dan hanya dengan mendekat kepada-Nya, kita dapat menemukan pemahaman yang sejati dan langgeng, serta terhindar dari kekecewaan yang disebabkan oleh kebijaksanaan duniawi yang semu.
Keilahian Tuhan bukan hanya tentang kuasa penciptaan, tetapi juga tentang otoritas-Nya atas segala bentuk pengetahuan dan pemahaman. Ayat Yesaya 44:25 adalah pengingat ilahi bahwa segala usaha manusia untuk menggantikan atau menandingi kedaulatan Tuhan dalam hal kebijaksanaan akan selalu berakhir dengan kegagalan. Hanya dalam Dia, kebenaran dan hikmat yang sesungguhnya dapat ditemukan.