"Celakalah mereka, yang membenarkan orang fasik dengan uang suap, dan yang mendegilkan hak orang benar dari padanya!"
Ayat Yesaya 5:23 merupakan sebuah peringatan keras yang dilontarkan oleh Nabi Yesaya kepada bangsa Israel pada masanya. Perikop ini secara gamblang menyoroti kegagalan moral dan spiritual para pemimpin serta masyarakat yang secara sengaja memutarbalikkan kebenaran demi keuntungan pribadi. Kata "celakalah" bukanlah sekadar ungkapan penyesalan, melainkan sebuah deklarasi ilahi mengenai konsekuensi serius yang akan menimpa mereka yang terlibat dalam praktik-praktik keji tersebut. Inti dari ayat ini adalah tentang korupsi dan ketidakadilan yang merajalela. "Membenarkan orang fasik dengan uang suap" menggambarkan situasi di mana keadilan bisa dibeli. Orang-orang yang bersalah, yang seharusnya dihukum sesuai dengan perbuatannya, malah dibebaskan atau bahkan dinyatakan benar hanya karena mereka mampu menyuap para hakim atau pejabat. Uang menjadi alat untuk menutupi kejahatan, melanggar prinsip-prinsip moral, dan merusak tatanan masyarakat. Ini adalah gambaran mengerikan tentang sebuah sistem yang telah kehilangan integritasnya, di mana kebenaran tunduk pada kekuasaan uang. Lebih lanjut, ayat ini juga menekankan aspek lain dari ketidakadilan: "mendegilkan hak orang benar dari padanya". Ini berarti bahwa orang-orang yang tidak bersalah, mereka yang berjuang untuk melakukan hal yang benar, justru hak-haknya dirampas atau diabaikan. Keadilan yang seharusnya melindungi mereka justru berpaling dari mereka. Para pemimpin yang seharusnya menjadi penjaga keadilan malah menjadi pelakunya, menciptakan lingkungan di mana kebohongan menang dan kebenaran terpinggirkan. Dampak dari kondisi seperti ini tentu sangat merusak. Ketika keadilan tidak lagi ditegakkan, kepercayaan publik terhadap institusi akan runtuh. Masyarakat akan hidup dalam ketakutan dan ketidakpastian. Orang-orang yang lemah dan tidak berdaya akan menjadi korban empuk dari keserakahan dan kebusukan. Lebih dari itu, dari sudut pandang teologis, perilaku semacam ini merupakan penolakan terhadap hukum Allah yang suci, yang menekankan pentingnya keadilan, kejujuran, dan kasih kepada sesama. Pesan Yesaya 5:23 tetap relevan hingga kini. Di berbagai belahan dunia, praktik korupsi dan ketidakadilan masih menjadi masalah besar. Ayat ini menjadi pengingat bagi kita semua, baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat, untuk senantiasa menjunjung tinggi kebenaran, melawan segala bentuk korupsi, dan memastikan bahwa keadilan ditegakkan bagi semua orang, tanpa pandang bulu. Adalah tugas kita untuk menjadi agen perubahan yang membawa terang kebenaran di tengah kegelapan ketidakadilan, agar kita tidak termasuk dalam golongan mereka yang mendapat celaka.