"Tetapi Yesyurun menjadi gemuk, lalu menendang; engkau menjadi gemuk, menjadi tebal, menjadi tambun, lalu ia menendang Dia yang menjadikan dia; mereka membangkitkan murka-Nya dengan berhala-berhala yang menjijikkan."
Ayat Ulangan 32:15 merupakan bagian dari nyanyian Musa yang penuh hikmat dan peringatan bagi bangsa Israel. Ayat ini dengan tegas menggambarkan sebuah transisi, dari kemakmuran yang diberikan Tuhan hingga respons yang tidak pantas dari umat-Nya. Kata "Yesyurun" adalah nama panggilan puitis untuk Israel, yang seringkali berarti "yang lurus" atau "yang diberkati". Namun, dalam konteks ini, nama tersebut digunakan dengan ironi.
Konteks ayat ini adalah setelah bangsa Israel memasuki tanah perjanjian, Kanaan. Mereka diberkati Tuhan dengan kelimpahan sumber daya alam, makanan, dan kemakmuran. "Yesyurun menjadi gemuk, lalu menendang" adalah gambaran kuat tentang seseorang yang, setelah kenyang dan merasa aman, menjadi sombong dan melupakan siapa yang telah memberinya segalanya. Mereka tidak lagi menghargai karunia Tuhan, melainkan berbalik menendang sumber berkat mereka sendiri, yaitu Tuhan sendiri.
Perilaku "menendang" ini merujuk pada penolakan terhadap Tuhan dan penolakan terhadap hukum-hukum-Nya. Mereka tidak hanya menjadi apatis, tetapi secara aktif memberontak. Puncaknya adalah ketika mereka "membangkitkan murka-Nya dengan berhala-berhala yang menjijikkan". Ini adalah pengingkaran total terhadap kesetiaan yang seharusnya mereka tunjukkan kepada Allah yang satu. Penyembahan berhala adalah dosa yang paling dibenci Tuhan, karena itu adalah bentuk pengkhianatan tertinggi terhadap perjanjian yang telah dibuat-Nya dengan umat pilihan-Nya.
Pesan Ulangan 32:15 memiliki relevansi yang mendalam bagi kita hari ini. Kemakmuran dan kenyamanan yang seringkali menjadi hasil dari berkat Tuhan dapat dengan mudah membawa kita pada kesombongan dan kelalaian spiritual. Ketika hidup berjalan lancar, kita cenderung merasa tidak membutuhkan Tuhan. Kita bisa saja terjebak dalam lingkaran materi, mengutamakan kesenangan duniawi, dan perlahan-lahan menjauh dari hubungan pribadi dengan Pencipta kita.
Peringatan tentang "berhala-berhala yang menjijikkan" juga tetap relevan. Berhala di zaman modern bisa bermacam-macam bentuknya: uang, karier, popularitas, bahkan diri sendiri. Ketika hal-hal ini menjadi prioritas utama dalam hidup kita, menggantikan tempat Tuhan, maka kita sedang menyembah berhala. Hal ini akan mendatangkan murka Tuhan, bukan dalam arti bahwa Tuhan ingin menghancurkan, tetapi dalam arti bahwa kita sedang menjauh dari sumber kebaikan dan perlindungan-Nya.
Ayat ini mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas segala berkat Tuhan, sekecil apapun. Penting untuk tetap rendah hati, sadar akan ketergantungan kita pada-Nya, dan menjaga kesetiaan kita kepada-Nya. Perenungan atas Ulangan 32:15 seharusnya mendorong kita untuk memeriksa hati kita, memastikan bahwa Tuhan tetap menjadi pusat kehidupan kita, dan kita tidak pernah menjadi "gemuk lalu menendang" Dia yang telah mengangkat kita dari segala kesulitan.