"Siapakah dia yang datang dari Edom, dari Bozra dengan pakaian serba merah? Siapakah dia yang berbaris dengan keperkasaan dan perkasa dalam kebenaran? Akulah yang berfirman, yang berkuasa menyelamatkan."
Ayat ini, Yesaya 63:1, membuka sebuah gambaran visual yang kuat tentang kedatangan seseorang yang luar biasa. Pertanyaan retoris pertama, "Siapakah dia yang datang dari Edom, dari Bozra dengan pakaian serba merah?" segera menarik perhatian kita. Edom dan Bozra sering kali diasosiasikan dengan musuh-musuh Israel, tempat di mana mungkin terjadi pertempuran sengit. Kata "pakaian serba merah" bukan sekadar deskripsi warna, melainkan simbol dari pertumpahan darah, perjuangan, dan kemenangan yang diperoleh.
Lebih dari sekadar gambaran fisik, ayat ini berbicara tentang karakter dan otoritas dari pribadi yang datang. "Siapakah dia yang berbaris dengan keperkasaan dan perkasa dalam kebenaran?" Pertanyaan ini menyoroti kekuatan yang luar biasa dan integritas moral yang tak tergoyahkan. Ini bukanlah kekuatan yang lahir dari kekejaman atau penindasan, melainkan kekuatan yang bersumber dari kebenaran itu sendiri. Ini adalah gambaran tentang seorang pemimpin, seorang pejuang, yang tindakannya dilandasi oleh keadilan ilahi.
Jawaban yang menyusul dalam ayat yang sama sungguh memukau: "Akulah yang berfirman, yang berkuasa menyelamatkan." Pernyataan ini adalah klaim ilahi yang tegas. Sosok yang datang bukanlah manusia biasa, melainkan pribadi yang memiliki otoritas ilahi. "Akulah yang berfirman" menegaskan identitas-Nya sebagai Sang Pencipta, Dia yang melahirkan segala sesuatu dengan firman-Nya. Dan yang terpenting, Dia adalah "yang berkuasa menyelamatkan." Ini adalah inti dari pesan yang disampaikan. Kemenangan dan keperkasaan yang digambarkan bukanlah untuk tujuan penaklukan semata, melainkan untuk tujuan penyelamatan.
Dalam konteks sejarah Israel, ayat ini sering ditafsirkan sebagai nubuat tentang kedatangan Mesias yang akan datang untuk menebus umat-Nya. Kemenangan-Nya akan menjadi kemenangan atas dosa, kematian, dan segala bentuk kejahatan. Pakaian serba merahnya melambangkan darah yang tertumpah, yaitu pengorbanan-Nya di kayu salib, yang menjadi sumber penyelamatan bagi dunia. Ia datang bukan sebagai penakluk yang kejam, tetapi sebagai Penebus yang penuh kasih dan kebenaran.
Gambaran ini memberikan harapan yang mendalam. Ketika kita menghadapi kesulitan, peperangan rohani, atau tantangan hidup yang berat, kita diingatkan bahwa ada Pribadi ilahi yang berkuasa, yang telah meraih kemenangan dan memiliki otoritas untuk menyelamatkan. Kemenangan-Nya adalah jaminan kemenangan bagi mereka yang percaya kepada-Nya. Dia adalah sumber kekuatan kita, pembela kita, dan akhirnya, Sang Penyelamat kita. Kehadiran-Nya membawa kepastian keadilan dan pemulihan, menegaskan bahwa pada akhirnya, kebenaran ilahi akan selalu menang.
Memahami Yesaya 63:1 membawa kita pada perspektif yang lebih luas tentang rencana ilahi. Ini bukan hanya tentang kekuatan militer atau kemenangan duniawi, tetapi tentang kemenangan kosmis yang final atas kejahatan, yang dimungkinkan oleh kasih dan kuasa Sang Firman yang menjadi manusia. Dia yang datang dari Edom, berlumuran darah kemenangan, adalah Dia yang membawa keselamatan abadi bagi umat-Nya. Ini adalah pesan penghiburan dan penguatan di sepanjang zaman.