"Seperti hewan yang turun dari lembah, seperti ternak yang turun ke dataran, demikianlah Engkau, ya TUHAN, membimbing umat-Mu untuk kepentingan-Mu sendiri, untuk menyatakan nama-Mu yang mulia."
Ayat Yesaya 63:14 melukiskan gambaran yang begitu kuat tentang bagaimana Tuhan membimbing umat-Nya. Perbandingannya dengan hewan yang turun dari lembah ke dataran memberikan gambaran tentang perjalanan yang aman, teratur, dan dipimpin dengan penuh kebijaksanaan. Seekor induk akan memimpin anak-anaknya dengan hati-hati, memastikan mereka tidak tersesat, terluka, atau tertinggal. Tuhan, Sang Gembala Agung, melakukan hal yang sama bagi kita.
Perjalanan hidup seringkali penuh dengan lika-liku, seperti lembah yang curam dan dataran yang luas. Terkadang kita merasa seperti sedang mendaki gunung yang terjal, menghadapi tantangan dan kesulitan yang membuat kita lelah dan ragu. Di saat lain, kita mungkin berjalan di dataran yang luas, di mana segala sesuatu tampak lancar, namun tetap ada potensi untuk tersesat jika tidak ada panduan yang tepat. Dalam kedua kondisi ini, Tuhan hadir untuk memimpin.
Frasa "untuk kepentingan-Mu sendiri" mungkin terdengar kurang umum bagi sebagian orang, namun dalam konteks teologis, ini merujuk pada tujuan-Nya yang kudus. Tuhan membimbing kita bukan hanya demi kebaikan kita semata, tetapi juga untuk menggenapi rencana-Nya yang lebih besar dan untuk menyatakan kemuliaan nama-Nya di seluruh alam semesta. Ketika kita berserah pada pimpinan-Nya, hidup kita menjadi kesaksian bagi kebaikan dan kekuatan-Nya. Tindakan-Nya dalam hidup kita, baik melalui penguatan dalam kesulitan maupun pemberian kedamaian dalam kelimpahan, semuanya adalah bagian dari bagaimana Dia bekerja untuk kemuliaan-Nya.
Bimbingan Tuhan bukanlah sekadar dorongan acak. Ia adalah tindakan yang disengaja dan penuh kasih. Dalam Yesaya, kata "membimbing" (yarad) juga bisa berarti turun. Tuhan sendiri turun bersama umat-Nya, berjalan di depan, di samping, dan di belakang mereka. Dia merasakan apa yang mereka rasakan, Dia tahu medan yang mereka lalui. Kehadiran-Nya yang konstan ini seharusnya memberikan rasa aman dan ketenangan yang mendalam.
Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, kita dapat menarik kekuatan dari janji ini. Ketika kita menghadapi ketidakpastian, ketakutan, atau kebingungan, ingatlah bahwa Tuhan berjanji untuk menjadi Gembala kita. Dia tidak akan membiarkan kita tersesat. Mempercayai pimpinan-Nya berarti kita tidak perlu lagi berusaha keras untuk mengendalikan segalanya. Sebaliknya, kita melepaskan genggaman kita dan membiarkan tangan-Nya yang penuh kasih menuntun langkah kita. Ini adalah undangan untuk hidup dalam kedamaian, mengetahui bahwa kita sedang dipimpin oleh Sang Pencipta alam semesta, menuju tujuan yang mulia. Mari kita terus membuka hati dan pikiran kita untuk suara-Nya, agar kita dapat mengikuti jejak-Nya dengan setia.