"Namun sekarang, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami! Kami ini tanah liat, dan Engkaulah tukang pembuatnya; kami sekalian adalah buatan tangan-Mu."
Ayat Yesaya 64:7 membawa kita pada sebuah pengakuan iman yang mendalam dan penuh kerendahan hati. Di tengah situasi yang mungkin terasa sulit atau bahkan putus asa, nabi Yesaya mewakili umat Allah yang mengakui kedaulatan-Nya dan ketergantungan total mereka kepada Sang Pencipta. Pernyataan "Namun sekarang, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami!" menandakan sebuah titik balik, sebuah perubahan perspektif dari penderitaan menuju pengenalan akan hubungan yang intim dengan Tuhan.
Pengakuan ini bukan sekadar kata-kata kosong. Ia mencerminkan sebuah pemahaman bahwa di dalam kekacauan dunia, di dalam ketidaksempurnaan diri manusia, ada satu kebenaran yang tak tergoyahkan: Tuhan adalah Bapa yang mengasihi. Kata "Bapa" di sini bukan hanya sekadar gelar, tetapi sebuah gambaran hubungan yang penuh kehangatan, pemeliharaan, dan kepedulian. Ia adalah sumber segala kehidupan dan pembimbing yang setia.
Perumpamaan yang menyusul, "Kami ini tanah liat, dan Engkaulah tukang pembuatnya; kami sekalian adalah buatan tangan-Mu," adalah sebuah metafora yang kuat. Tanah liat bersifat lembek, mudah dibentuk, dan bergantung sepenuhnya pada tangan yang mengolahnya. Manusia, layaknya tanah liat, tidak memiliki kekuatan atau kemampuan untuk membentuk dirinya sendiri. Kehidupan kita, karakter kita, jalan hidup kita, semuanya berada dalam kendali dan kehendak Tuhan. Pengakuan ini menanamkan kerendahan hati dan menolak kesombongan. Kita adalah hasil karya-Nya, bukan kebetulan semata.
Dalam konteks Kitab Yesaya, ayat ini seringkali muncul setelah gambaran tentang hukuman dan penderitaan yang dialami umat Israel. Namun, di balik semua itu, janji akan pemulihan dan harapan yang baru selalu tersirat. Pengakuan akan Tuhan sebagai Bapa dan Sang Pencipta menjadi dasar bagi harapan tersebut. Jika Tuhan adalah Bapa kita, maka Dia pasti akan memelihara dan memulihkan anak-anak-Nya. Jika Dia adalah tukang pembuatnya, maka Dia memiliki kuasa dan tujuan untuk membentuk kita menjadi pribadi yang sesuai dengan kehendak-Nya, bahkan dari sisa-sisa kehancuran.
Kebenaran dalam Yesaya 64:7 mengingatkan kita untuk senantiasa merendahkan diri di hadapan Tuhan, mengakui ketergantungan kita kepada-Nya, dan percaya pada kuasa-Nya untuk membentuk ulang kehidupan kita. Di dalam hubungan dengan Tuhan sebagai Bapa, kita menemukan kekuatan untuk bangkit dari kegagalan, pengharapan di tengah kesulitan, dan kepastian bahwa kita adalah pribadi yang berharga di mata Sang Pencipta. Marilah kita senantiasa menempatkan diri kita sebagai tanah liat yang siap dibentuk oleh tangan Sang Tukang yang Mahakuasa, untuk kemuliaan nama-Nya.