Yesaya 65:12 - Janji untuk Kesetiaan

"Tetapi kamu yang meninggalkan TUHAN, yang melupakan gunung-Ku yang kudus, yang menghidangkan hidangan bagi Dewi Keberuntungan dan mengisikan minuman bagi Dewa Nasib, akan Ku-takdirkan untuk dihunus pedang, dan kamu sekalian akan tunduk pada pembantaian, oleh karena Aku memanggil, tetapi tidak ada yang menjawab, Aku berbicara, tetapi tidak ada yang mendengar; bahkan kamu melakukan apa yang jahat di mata-Ku, dan apa yang tidak Kukehendaki, itulah yang kamu pilih."

Simbol Keadilan Ilahi
Ilustrasi simbol keadilan dan ketegasan ilahi

Pesan Keadilan dan Peringatan

Ayat Yesaya 65:12 merupakan bagian dari nubuat Nabi Yesaya yang disampaikan kepada umat Israel pada masa di mana mereka banyak terjerumus dalam penyembahan berhala dan praktik-praktik yang menyimpang dari ajaran Tuhan. Ayat ini secara gamblang menggambarkan konsekuensi dari pengabaian terhadap Tuhan dan kesetiaan pada hal-hal yang sia-sia.

Dalam konteksnya, Tuhan melalui Yesaya menyatakan bahwa mereka yang memilih untuk meninggalkan-Nya, yang melupakan kekudusan-Nya, dan malah mengarah pada penyembahan berhala, seperti yang diindikasikan dengan penyajian makanan untuk "Dewi Keberuntungan" (Gad) dan menuangkan minuman untuk "Dewa Nasib" (Meni), akan menghadapi penghakiman. Penggambaran ini sangat kuat, menunjukkan bahwa tindakan mereka telah mengundang murka ilahi. Kata "Dewi Keberuntungan" dan "Dewa Nasib" merujuk pada dewa-dewa yang populer di kalangan bangsa-bangsa kuno yang menjanjikan kemakmuran dan keberuntungan, sesuatu yang sangat menggoda bagi umat yang sedang mengalami kesulitan.

Konsekuensi yang dijanjikan adalah penghukuman yang berat: "akan Ku-takdirkan untuk dihunus pedang, dan kamu sekalian akan tunduk pada pembantaian." Ini bukan sekadar peringatan lisan, melainkan konsekuensi nyata yang akan mereka alami sebagai akibat dari pilihan mereka. Tuhan menegaskan bahwa Dia telah berbicara, telah memanggil, namun tidak ada yang merespons. Ketiadaan respon ini menunjukkan ketidakpedulian dan penolakan mereka terhadap firman Tuhan. "Oleh karena Aku memanggil, tetapi tidak ada yang menjawab, Aku berbicara, tetapi tidak ada yang mendengar; bahkan kamu melakukan apa yang jahat di mata-Ku, dan apa yang tidak Kukehendaki, itulah yang kamu pilih." Kalimat terakhir ini sangat penting, menggarisbawahi bahwa pilihan mereka adalah tindakan yang disengaja dan mereka bertanggung jawab atas pilihan tersebut, yaitu melakukan apa yang jahat dan tidak berkenan di hadapan Tuhan.

Ayat ini bukan hanya sebuah kisah sejarah atau peringatan masa lalu. Ia membawa pesan yang relevan hingga kini. Keadilan ilahi selalu berlaku. Ketika manusia memilih untuk berpaling dari sumber kebaikan dan kebenaran sejati, mereka membuka diri pada konsekuensi yang tidak diinginkan. Pesan ini mengingatkan kita akan pentingnya kesetiaan kepada Tuhan, menjaga kekudusan-Nya dalam hati dan pikiran, serta menolak segala bentuk penyembahan berhala modern yang bisa mengambil bentuk kepuasan diri, materi, atau hal-hal lain yang menggantikan posisi Tuhan dalam hidup.

Namun, di balik peringatan keras ini, terkandung juga janji tersirat bagi mereka yang tetap setia. Alkitab secara keseluruhan mengajarkan bahwa Tuhan adalah maha pengasih dan adil. Bagi mereka yang terus mencari-Nya, yang taat pada firman-Nya, dan menolak jalan yang salah, ada harapan dan berkat yang dijanjikan. Yesaya 65 itu sendiri di bagian akhirnya berbicara tentang langit dan bumi yang baru, di mana kesedihan dan penderitaan tidak ada lagi, sebuah gambaran tentang janji Tuhan bagi umat-Nya yang setia.