Yohanes 1:37

"Lalu kata murid-murid itu kepadanya: "Rabi (artinya: Guru), di manakah Engkau tinggal?"

Ayat Yohanes 1:37 membuka sebuah jendela kecil namun penting ke dalam momen pertemuan pertama antara Yesus dan para murid-Nya. Kalimat sederhana ini, "Lalu kata murid-murid itu kepadanya: 'Rabi (artinya: Guru), di manakah Engkau tinggal?'" memuat makna yang jauh lebih dalam dari sekadar pertanyaan geografis. Ini adalah permulaan dari sebuah perjalanan, sebuah undangan untuk mengenal lebih dekat, dan sebuah cerminan dari kerinduan hati manusia untuk menemukan makna dan tempat berlindung.

Konteks ayat ini mengikuti kesaksian Yohanes Pembaptis tentang Yesus sebagai Anak Domba Allah. Setelah mendengar kesaksian ini, dua murid Yohanes Pembaptis, yang identitasnya tidak disebutkan secara spesifik, memutuskan untuk mengikuti Yesus. Mereka menyaksikan Yesus, dan reaksi pertama mereka bukanlah keraguan atau penolakan, melainkan rasa ingin tahu yang mendalam. Pertanyaan mereka kepada Yesus, "Di manakah Engkau tinggal?", bukanlah sekadar pertanyaan tentang lokasi fisik tempat tinggal Yesus. Dalam budaya pada masa itu, undangan untuk "tinggal" atau "menginap" seringkali berarti lebih dari sekadar tempat bermalam; ia menyiratkan kesempatan untuk berinteraksi lebih intim, berbagi kehidupan, dan saling mengenal.

Oleh karena itu, ketika para murid bertanya, mereka sebenarnya mengungkapkan kerinduan yang lebih dalam: mereka ingin mengenal Yesus lebih jauh. Mereka ingin memahami siapa Dia, bagaimana Dia hidup, dan apa yang menjadi prinsip-prinsip kehidupan-Nya. Ini adalah momen krusial di mana ketertarikan awal berubah menjadi keinginan untuk discipleship, yaitu mengikuti dan belajar dari seorang guru. Yesus merespons undangan ini dengan sebuah ajakan yang sederhana namun revolusioner: "Mari, lihatlah." Jawaban ini adalah inti dari cara Yesus menarik orang kepada-Nya. Dia tidak memberikan ceramah panjang atau argumen filosofis yang rumit; Dia mengundang mereka untuk mengalami sendiri.

Ayat Yohanes 1:37 mengajarkan kita bahwa iman seringkali dimulai dengan rasa ingin tahu dan keberanian untuk bertanya. Para murid tidak ragu untuk mendekati Yesus dan mengajukan pertanyaan yang mungkin dianggap pribadi. Mereka bersedia meninggalkan apa yang mereka ketahui sebelumnya demi menemukan sesuatu yang baru dan lebih bermakna. Jawaban Yesus, "Mari, lihatlah," adalah sebuah undangan terbuka bagi setiap orang yang mencari kebenaran. Ini menunjukkan bahwa hubungan dengan Tuhan bukanlah sesuatu yang tertutup atau eksklusif, melainkan sesuatu yang dapat dialami secara langsung melalui kedekatan dan pembelajaran.

Dalam kehidupan modern yang serba cepat, seringkali kita enggan untuk meluangkan waktu dan energi untuk "melihat" dan "mengenal" lebih dalam. Kita mungkin sudah memiliki gambaran tentang Tuhan atau iman, namun kita belum benar-benar meluangkan waktu untuk mengalami-Nya secara pribadi. Ayat ini mendorong kita untuk meneladani para murid pertama. Mari kita mendekati Sang Juru Selamat dengan hati yang terbuka, mengajukan pertanyaan-pertanyaan kita, dan bersedia untuk mengikuti undangan-Nya: "Mari, lihatlah." Pengalaman itulah yang akan menuntun kita pada pemahaman yang lebih mendalam tentang siapa Dia dan bagaimana Dia tinggal dalam kehidupan kita. Perjalanan mengikuti Yesus dimulai dengan langkah pertama yang sederhana: bertanya dan bersedia untuk melihat.