"Mereka mencari Yesus dan berkata seorang kepada yang lain, sambil berdiri di Bait Allah: 'Bagaimana pendapatmu? Tidakkah Ia akan datang pada hari raya?'"
Simbol harapan dan pembaruan rohani.
Ayat ini diambil dari Injil Yohanes pasal 11, sebuah narasi yang kaya makna tentang mukjizat kebangkitan Lazarus. Yesus baru saja membangkitkan Lazarus dari kematian, sebuah peristiwa yang menggemparkan. Namun, alih-alih semua orang bersukacita, ada reaksi yang beragam. Banyak orang Yahudi yang menyaksikan mukjizat ini mulai percaya kepada Yesus. Akan tetapi, tindakan ini juga menimbulkan perhatian dan kekhawatiran dari para pemimpin agama.
Kutipan "Mereka mencari Yesus dan berkata seorang kepada yang lain, sambil berdiri di Bait Allah: 'Bagaimana pendapatmu? Tidakkah Ia akan datang pada hari raya?'" menggambarkan ketegangan yang muncul. Di satu sisi, ada kerinduan orang banyak untuk bertemu dengan Yesus, terutama saat hari raya Paskah yang akan datang. Mereka ingin melihat-Nya, merasakan kehadiran-Nya, dan mungkin menyaksikan mukjizat-mukjizat lain. Ini menunjukkan pengakuan atas tanda-tanda yang Yesus perbuat dan keinginan untuk lebih dekat dengan sumber kebenaran itu.
Di sisi lain, para pemimpin agama memiliki agenda yang berbeda. Ketakutan mereka akan pengaruh Yesus yang semakin besar mendorong mereka untuk mencari tahu keberadaan-Nya. Pertanyaan mereka mencerminkan ketidakpastian dan bahkan mungkin strategi untuk mengontrol situasi. Mereka ingin tahu apakah Yesus akan hadir di Bait Allah, yang merupakan pusat ibadah dan otoritas keagamaan pada masa itu. Kehadiran-Nya di sana bisa menjadi peluang bagi mereka untuk menangkap-Nya atau setidaknya mengawasi gerak-geriknya.
Yohanes 11:56 memberikan gambaran tentang polarisasi pandangan terhadap Yesus. Di tengah keramaian mukjizat dan pengajaran-Nya, terdapat jiwa-jiwa yang haus akan kebenaran dan harapan, serta pihak-pihak yang justru merasa terancam dan berusaha membendung-Nya. Ayat ini mengingatkan kita bahwa tidak semua orang akan merespons kehadiran ilahi dengan cara yang sama. Ada yang bersukacita dan mencari lebih dalam, ada pula yang merasa gelisah dan berusaha menolak.
Pertanyaan "Tidakkah Ia akan datang pada hari raya?" juga bisa diinterpretasikan lebih luas. Hari raya dalam konteks ini melambangkan momen-momen penting dalam kehidupan rohani, baik secara pribadi maupun komunal. Apakah kita menyambut momen-momen tersebut dengan keterbukaan hati untuk kehadiran Tuhan, atau justru kita menjauh karena kekhawatiran duniawi atau keraguan? Ayat ini mendorong introspeksi tentang bagaimana kita menghadapi dan menyikapi kehadiran Tuhan dalam kehidupan kita, terutama di masa-masa yang penuh makna.
Dalam konteks iman Kristen, Yesus adalah Paskah itu sendiri, Sang Domba Allah yang mengorbankan diri untuk menebus dosa manusia. Kehadiran-Nya dalam setiap hari raya, dan bahkan dalam setiap momen kehidupan, adalah sebuah janji dan undangan. Pertanyaan di Bait Allah pada dasarnya adalah pertanyaan tentang kerinduan dan ketakutan manusia dalam menghadapi kebenaran ilahi. Apakah kita seperti orang banyak yang mencari-Nya dengan antusiasme, atau seperti para pemimpin agama yang penuh perhitungan dan kekhawatiran? Jawaban atas pertanyaan ini terletak pada pilihan hati kita masing-masing.