Yohanes 11:7 - Perjalanan Menuju Kematian

Sesudah itu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Mari kita kembali ke Yudea."

Perjalanan Penuh Iman

Sebuah gambaran perjalanan yang penuh makna dan harapan.

Firman Tuhan dalam Injil Yohanes 11:7, "Sesudah itu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: 'Mari kita kembali ke Yudea'," adalah momen krusial yang menandai sebuah titik balik dalam pelayanan Yesus. Ayat ini bukan sekadar pemberitahuan tentang sebuah perjalanan fisik, melainkan sebuah panggilan menuju tantangan yang signifikan, bahkan kematian itu sendiri. Pada saat itu, para pemimpin agama di Yudea telah berulang kali mencoba untuk menangkap dan membunuh Yesus. Atmosfer di sana sangat tidak bersahabat, penuh dengan permusuhan dan ancaman.

Keputusan Yesus untuk kembali ke Yudea, terutama ke Betania, tempat Lazarus tinggal, sungguh berani. Murid-murid-Nya pasti merasa khawatir dan mungkin tidak mengerti mengapa Yesus memilih untuk memasuki kembali wilayah yang penuh bahaya. Yohanes mencatat dalam ayat-ayat sebelumnya (Yohanes 11:1-6) bahwa Yesus menerima kabar tentang penyakit Lazarus, sahabat terkasih-Nya, dan bahwa Ia sengaja menunda perjalanan-Nya untuk sementara waktu, yang akhirnya berujung pada kematian Lazarus. Namun, ketika Ia memutuskan untuk pergi, ketegasan dalam ucapan-Nya kepada para murid menunjukkan sebuah tujuan yang lebih besar daripada sekadar kunjungan biasa.

Ayat ini menggarisbawahi sifat Yesus yang tidak gentar menghadapi kesulitan. Ia tidak mencari keamanan atau menghindari konfrontasi. Sebaliknya, Ia sering kali memilih jalan yang paling sulit demi penggenapan kehendak Bapa-Nya dan demi kasih-Nya kepada umat manusia. Perjalanan kembali ke Yudea adalah langkah yang membawa-Nya semakin dekat kepada peristiwa pengorbanan terbesar-Nya di kayu salib. Ini adalah gambaran tentang keberanian, iman yang teguh, dan penyerahan diri total kepada rencana ilahi.

Bagi para murid, ajakan ini adalah ujian iman yang nyata. Mereka telah menyaksikan banyak mukjizat dan ajaran Yesus, namun menghadapi ketakutan akan penolakan dan penganiayaan adalah hal yang berbeda. Namun, melalui respons mereka terhadap ajakan Yesus, kita melihat perkembangan iman mereka. Mereka akhirnya mengikuti Yesus, meskipun dengan keraguan dan ketakutan. Ini mengingatkan kita bahwa dalam perjalanan rohani, seringkali kita dihadapkan pada situasi yang menakutkan dan tidak pasti. Namun, ketika kita menaruh kepercayaan kita pada Yesus, Dia akan memampukan kita untuk melangkah maju, bahkan ke tempat-tempat yang tampaknya berbahaya.

Kisah Lazarus, yang terungkap setelah perjalanan kembali ke Yudea ini, menjadi salah satu mukjizat terbesar Yesus. Kematian Lazarus dan kebangkitannya oleh Yesus menjadi bukti nyata kekuasaan-Nya atas maut dan menjadi fondasi bagi pengajaran-Nya tentang kebangkitan dan kehidupan kekal. Yohanes 11:7, dengan kesederhanaannya, membuka jalan bagi salah satu pernyataan Yesus yang paling kuat: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati" (Yohanes 11:25). Jadi, ayat ini bukan hanya tentang perjalanan fisik Yesus, tetapi juga tentang langkah menuju pembuktian janji-Nya yang agung.