"Kata Yesus kepada mereka: “Bawalah kemari ikan separuh matang yang baru kamu tangkap.”"
Ayat Yohanes 21:10 membawa kita pada sebuah momen yang sarat makna setelah kebangkitan Yesus Kristus. Para murid, yang sebelumnya dilanda keputusasaan dan kebingungan pasca-penyaliban, kembali ke pekerjaan mereka yang biasa sebagai nelayan. Simon Petrus, yang seringkali bertindak sebagai pemimpin, mengusulkan untuk kembali melaut, dan murid-murid lain menyertainya. Namun, malam itu, usaha mereka sia-sia; tidak ada ikan yang tertangkap.
Dalam kepenatan dan kekecewaan, saat fajar mulai menyingsing, muncul sosok di tepi pantai. Awalnya, mereka tidak mengenalinya. Sosok itu bertanya, "Anak-anak, adakah kamu memperoleh ikan?" Jawab mereka, "Tiada." Sosok itu kemudian memberikan instruksi yang tampaknya sederhana namun penuh kuasa: "Tebarkanlah jala di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh." Tanpa keraguan, para murid menuruti perintah tersebut, dan hasilnya sungguh luar biasa. Jala mereka penuh dengan ikan, demikian banyaknya hingga mereka kesulitan menariknya.
Di sinilah ayat Yohanes 21:10 menjadi sangat penting. Ketika mereka membawa ikan-ikan yang melimpah itu ke darat, Yesus bersabda, “Bawalah kemari ikan separuh matang yang baru kamu tangkap.” Perintah ini bukan sekadar soal makanan. Ini adalah undangan untuk membawa hasil jerih payah mereka, hasil dari ketaatan mereka pada firman Yesus, untuk dipersembahkan kepada-Nya. Yesus tidak meminta ikan yang sempurna atau yang sudah diolah mewah. Ia meminta "ikan separuh matang yang baru ditangkap" – sebuah persembahan yang tulus, segar, dan berasal dari usaha yang baru saja mereka lakukan.
Kisah ini mengajarkan kita beberapa hal penting. Pertama, pentingnya mendengarkan dan menaati perkataan Yesus, bahkan ketika logika kita berkata lain atau keadaan tampak suram. Ketaatan mereka pada instruksi Yesus mendatangkan kelimpahan yang tidak terduga. Kedua, ayat ini menekankan nilai persembahan. Yesus ingin murid-murid-Nya membawa hasil kerja mereka kepada-Nya. Ini bukan tentang memberikan sesuatu yang sudah tidak berguna, melainkan memberikan yang terbaik dari apa yang telah dianugerahkan kepada kita. "Separuh matang" dapat diartikan sebagai hasil yang masih segar dari usaha kita, belum terpengaruh oleh hal lain, sebuah persembahan yang tulus.
Lebih dalam lagi, persembahan ini menjadi awal dari sebuah perjamuan yang mempersatukan. Yesus kemudian bersiap-siap, mengambil roti dan memberikan ikan kepada mereka, dan kemudian memberi mereka makan. Ini adalah gambaran yang kuat tentang bagaimana persembahan yang tulus dari kita, yang dibawa kepada Yesus, tidak hanya diberkati tetapi juga digunakan oleh-Nya untuk memberi makan, menopang, dan mempersatukan kita kembali dengan-Nya dan dengan sesama. Yohanes 21:10 mengingatkan kita bahwa setiap bagian dari kehidupan kita, setiap hasil dari usaha kita, jika dipersembahkan dengan hati yang benar kepada Yesus, akan menjadi sumber berkat yang melimpah.