Kisah yang tercatat dalam Injil Yohanes pasal 4 menawarkan sebuah momen yang begitu manusiawi namun sarat makna spiritual. Ayat 31, "Sementara itu murid-murid-Nya mendorong Dia, katanya: "Rabi, makanlah," muncul setelah percakapan Yesus yang mendalam dengan perempuan Samaria di sumur Yakub. Momen ini menunjukkan dinamika hubungan antara Yesus dan para murid-Nya, serta mengajarkan kita pelajaran penting tentang prioritas, kepedulian, dan fokus.
Setelah berjam-jam melayani, mengajar, dan terlibat dalam percakapan yang mengubah hidup, tubuh fisik Yesus tentu saja membutuhkan istirahat dan pemulihan. Para murid, yang menyaksikan lelah fisik Juruselamat mereka, secara naluriah merespons dengan kepedulian. Panggilan mereka, "Rabi, makanlah," bukan sekadar ajakan makan, melainkan ungkapan perhatian yang tulus. Kata "Rabi" sendiri menunjukkan rasa hormat dan pengakuan mereka terhadap otoritas dan posisi Yesus. Mereka melihat kebutuhan fisik-Nya dan ingin memenuhi kebutuhan tersebut.
Namun, respons Yesus terhadap dorongan para murid ini mengungkapkan sebuah kebenaran yang lebih dalam. Yesus menjawab, "Aku mempunyai makanan untuk kamu makan, yang kamu tidak kenal" (Yohanes 4:32). Ungkapan ini bukan dimaksudkan untuk menolak kebutuhan fisik, tetapi untuk mengalihkan fokus. Yesus sedang membicarakan "makanan" rohani, yaitu kepuasan dan kesukacitaan yang datang dari melakukan kehendak Bapa-Nya dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Bagi Yesus, pelayanan dan penggenapan misi ilahi adalah prioritas utama, bahkan melebihi kebutuhan fisik diri-Nya.
Konteks percakapan ini sangat penting. Mereka sedang berada di Samaria, sebuah tempat yang secara historis memiliki ketegangan dengan orang Yahudi. Namun, di situlah Yesus menemukan jiwa-jiwa yang haus akan kebenaran, seperti perempuan Samaria itu. Misi-Nya tidak terbatas pada lingkaran nyaman para murid-Nya; jangkauan-Nya meluas ke setiap orang yang membutuhkan pemulihan dan keselamatan. Momen ini mengajarkan kita untuk melihat melampaui kebutuhan sesaat dan mengenali kepuasan yang lebih besar dalam pelayanan kepada Tuhan.
Pelajaran yang dapat kita ambil dari Yohanes 4:31 sangatlah relevan bagi kehidupan modern. Pertama, ini mengajarkan kita tentang pentingnya kepedulian terhadap sesama, termasuk kebutuhan fisik mereka. Para murid menunjukkan teladan yang baik dalam memperhatikan keadaan Yesus. Namun, yang kedua, ini mengingatkan kita untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan fisik dan kebutuhan rohani, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Terkadang, kita terlalu terpaku pada urusan duniawi sehingga melupakan anugerah rohani yang lebih memuaskan.
Lebih jauh lagi, kisah ini menginspirasi kita untuk memiliki prioritas yang jelas dalam hidup. Seperti Yesus yang fokus pada "makanan" rohani dan kehendak Bapa, kita pun dipanggil untuk mengarahkan hidup kita pada tujuan yang lebih tinggi. Ini bukan berarti mengabaikan kebutuhan dasar, tetapi menempatkan hubungan kita dengan Tuhan dan pelayanan-Nya sebagai landasan yang mengarahkan segala aspek kehidupan kita. Dengan demikian, kita akan menemukan kepuasan yang sejati dan kekal, melampaui kepuasan sesaat yang ditawarkan dunia.