"Ia menjawab: 'Berikanlah juga tanah kepadamu, engkau telah memohon tanah yang kering; berikanlah juga mata air kepadamu.'"
Ayat Yosua 15:19, yang diucapkan oleh Aksa, putri Kaleb, kepada ayahnya, Kaleb, merupakan sebuah momen krusial dalam pembagian tanah pusaka bagi suku Yehuda. Permohonan Aksa ini bukanlah sekadar permintaan biasa, melainkan sebuah ekspresi iman, keberanian, dan pemahaman yang mendalam akan pentingnya berkat yang berkelimpahan. Aksa meminta lebih dari sekadar tanah; ia memohon "tanah yang kering" dan "mata air", sebuah kombinasi yang melambangkan sumber kehidupan dan kesuburan.
Pada masa itu, tanah yang kering seringkali diasosiasikan dengan wilayah yang tandus, sulit untuk digarap, dan kurang produktif. Namun, Aksa, dengan hikmat ilahi yang dimilikinya, memahami bahwa di dalam permintaan tersebut tersembunyi sebuah strategi. Ia tidak hanya meminta tanah yang sudah subur dan mudah diolah, tetapi justru memohon tanah yang membutuhkan intervensi ilahi untuk menjadi berkat. Permohonan ini menunjukkan visinya yang jauh ke depan, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk generasi mendatang yang akan mewarisi tanah tersebut.
Penambahan permintaan "mata air" menjadi sangat signifikan. Mata air adalah sumber kehidupan yang vital. Keberadaan mata air menjamin ketersediaan air untuk minum, irigasi tanaman, dan kelangsungan ternak. Tanah yang kering tanpa sumber air akan tetap menjadi tanah yang tidak produktif. Dengan demikian, permintaan Aksa adalah sebuah permohonan agar tanah yang diperuntukkan baginya tidak hanya menjadi milik, tetapi juga menjadi sumber kehidupan yang berkelanjutan. Ini adalah sebuah pengakuan bahwa segala sesuatu, termasuk kesuburan tanah dan kelangsungan hidup, sepenuhnya bergantung pada berkat dari Tuhan.
Kisah ini mengajarkan kita arti pentingnya memiliki penglihatan yang rohani dalam menghadapi tantangan hidup. Terkadang, Tuhan mengizinkan kita menghadapi situasi yang terlihat sulit atau kering agar kita lebih bersandar kepada-Nya. Sama seperti Aksa yang tidak gentar meminta tanah yang kering, kita pun diajak untuk menghadapi kesulitan dengan iman, percaya bahwa Tuhan sanggup mengubah kekeringan menjadi kelimpahan. Permohonan "mata air" mengingatkan kita bahwa sumber segala berkat adalah dari Tuhan. Kita perlu senantiasa memohon dan mengandalkan penyertaan-Nya dalam setiap aspek kehidupan kita, agar apa yang tampak sulit dapat menjadi kesempatan untuk melihat kuasa dan kebaikan-Nya yang ajaib bekerja.
Dalam konteks yang lebih luas, Yosua 15:19 menjadi pengingat akan janji Tuhan kepada umat-Nya. Ketika umat Israel memasuki tanah perjanjian, mereka tidak hanya diberi tanah, tetapi juga dibekali dengan sumber daya dan potensi untuk berkembang. Namun, pertumbuhan dan kesuburan mereka sangat bergantung pada ketaatan dan iman mereka kepada Tuhan. Permohonan Aksa ini mencerminkan prinsip tersebut: berkat Tuhan seringkali datang melalui partisipasi aktif dan iman yang berani dari orang yang menerimanya. Oleh karena itu, mari kita belajar dari Aksa untuk selalu memohon berkat Tuhan, bukan hanya untuk kemudahan, tetapi juga untuk kekuatan dan kemampuan agar kita mampu mengelola dan mengembangkan apa yang telah Tuhan percayakan kepada kita. Keberanian Aksa dan hikmatnya dalam memohon menjadi teladan bagi kita.