Yosua 22:15

"Sekarang kembalilah kamu ke kemahmu dengan sukacita dan hati yang gembira, karena segala yang baik telah kamu lakukan terhadap hamba-hamba TUHAN, yaitu saudara-saudaramu itu."
Ikon Ketaatan dan Persatuan

Firman Tuhan dalam Yosua 22:15 merupakan puncak dari momen penting dalam sejarah bangsa Israel. Setelah pertempuran besar selesai dan tanah perjanjian terbagi rata antara suku-suku di sebelah barat dan timur Sungai Yordan, muncul sebuah kesalahpahaman besar terkait pembangunan mezbah di tepi barat sungai oleh suku Ruben, Gad, dan Manasye.

Suku-suku lain yang berada di wilayah barat melihat pembangunan mezbah tersebut sebagai indikasi adanya penyembahan berhala dan pelanggaran terhadap perintah Tuhan untuk hanya beribadah di satu tempat yang telah ditetapkan, yaitu di Kemah Suci. Kekhawatiran ini memicu ketegangan dan nyaris terjadi peperangan saudara di antara sesama umat Tuhan. Namun, sebelum konflik benar-benar terjadi, para wakil dari suku-suku barat mendekati saudara-saudara mereka di timur untuk mencari kebenaran.

Setelah mendengarkan penjelasan dari suku Ruben, Gad, dan Manasye bahwa mezbah tersebut dibangun sebagai tanda pengingat dan kesaksian akan kesatuan mereka dengan saudara-saudaranya di barat, serta bukti bahwa mereka tetap menyembah Tuhan yang sama, para pemimpin suku barat merasa lega. Mereka memahami niat baik di balik tindakan tersebut dan menyadari bahwa komunikasi yang terbuka telah mencegah bencana besar.

Ayat Yosua 22:15 diucapkan oleh Eleazar, imam, dan para wakil dari suku-suku barat lainnya sebagai bentuk pengakuan dan persetujuan mereka terhadap penjelasan yang diterima. Kalimat "Sekarang kembalilah kamu ke kemahmu dengan sukacita dan hati yang gembira, karena segala yang baik telah kamu lakukan terhadap hamba-hamba TUHAN, yaitu saudara-saudaramu itu" menunjukkan beberapa hal krusial. Pertama, mereka mengakui bahwa saudara-saudara mereka di timur telah bertindak benar dan mulia. Tindakan mereka dalam menjaga persatuan dan identitas bangsa Israel dianggap sebagai perbuatan baik.

Kedua, ayat ini menekankan pentingnya kelegaan dan kegembiraan setelah ketegangan terselesaikan. Ketakutan akan perang saudara berganti dengan sukacita karena persatuan umat Tuhan terjaga. Hal ini mengajarkan kita bahwa penyelesaian konflik melalui dialog dan pemahaman adalah jalan yang diberkati.

Lebih dalam lagi, Yosua 22:15 mengingatkan kita akan nilai ketaatan pada prinsip-prinsip Tuhan, namun juga mengingatkan tentang pentingnya kepekaan terhadap konteks dan niat sesama. Di tengah masyarakat yang beragam, kemampuan untuk berkomunikasi, mendengarkan, dan mencari kebenaran bersama adalah kunci untuk menjaga harmoni dan persatuan. Ketaatan yang benar tidak seharusnya memecah belah, melainkan mempererat hubungan dalam kasih dan kebenaran.