Ayat Yosua 22:16 ini merupakan pengingat yang kuat bagi umat Israel pada masanya, dan relevansinya bergema hingga kini. Setelah bertahun-tahun berjuang dan akhirnya menetap di tanah perjanjian, ketegangan sempat muncul antara suku-suku yang berdiam di sebelah timur Sungai Yordan dengan suku-suku di sebelah barat. Perbedaan pandangan muncul ketika suku Ruben, Gad, dan setengah suku Manasye mendirikan sebuah mezbah yang besar di tepi Sungai Yordan.
Kabar mengenai mezbah tersebut sampai ke telinga suku-suku lain, yang segera menyangka bahwa para saudara mereka telah berpaling dari Allah dan melakukan penyembahan berhala. Ketakutan akan kemurtadan dan konsekuensi ilahi yang mungkin timbul memicu kekhawatiran besar. Mereka teringat akan berbagai larangan keras Allah mengenai penyembahan di tempat-tempat lain selain mezbah yang telah ditetapkan, yang berada di hadapan Kemah Suci di Shiloh.
Dalam konteks inilah muncul firman yang tercatat dalam Yosua 22:16. Kata-kata "Alangkah celakanya, kalau kita menjauhkan diri dari pada TUHAN pada waktu ini" menunjukkan betapa seriusnya masalah ini di mata mereka. Ini bukan sekadar masalah arsitektur ibadah, melainkan masalah kesetiaan dan kesatuan iman. Mereka melihat pendirian mezbah yang terpisah sebagai ancaman langsung terhadap hubungan umat Allah dengan Dia, dan sebagai potensi perpecahan dalam kesatuan bangsa Israel.
Namun, seperti yang kita pelajari dari kelanjutan pasal ini, kesalahpahaman tersebut akhirnya terurai. Para pemimpin suku di timur menjelaskan bahwa mezbah itu didirikan bukan untuk persembahan kurban, melainkan sebagai kesaksian visual yang kuat bagi generasi mendatang bahwa mereka tetap merupakan bagian dari Israel dan bahwa Allah mereka adalah Allah yang sama dengan Allah yang disembah oleh saudara-saudara mereka di sebelah barat. Mezbah itu menjadi simbol kesatuan yang dipegang teguh, bukan pemisahan.
Pesan dari Yosua 22:16 mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga kesatuan di dalam Kristus. Sama seperti umat Israel yang ditegur karena ancaman perpecahan, gereja masa kini juga dipanggil untuk waspada terhadap hal-hal yang dapat memecah belah kita. Entah itu perbedaan pandangan doktrinal yang ekstrim, perselisihan pribadi, atau fokus yang berlebihan pada hal-hal sekunder yang mengesampingkan yang utama.
Kesaksian yang benar kepada dunia adalah kesaksian persatuan dalam kasih. Yosua 22:16 menjadi pengingat bahwa setiap tindakan, setiap pembangunan, dan setiap bentuk ibadah haruslah senantiasa mengarah pada penguatan hubungan kita dengan Tuhan dan dengan sesama orang percaya, bukan menjadi alasan untuk terpecah belah. Mari kita jaga kesucian iman dan kesatuan gereja, sebagaimana para leluhur kita dipanggil untuk menjaganya.