Simbol kesaksian dan kesatuan

Yosua 22:9

Maka pulanglah bani Ruben dan bani Gad dan bani Manasye separuh suku dari situ, dari pada orang Israel, dari Syilo, dari negeri Kanaan, untuk pergi ke negeri Gilead, ke negeri milik mereka, yang telah mereka peroleh sesuai dengan titah TUHAN dengan perantaraan Musa.

Kisah yang tercatat dalam Yosua 22:9 memberikan gambaran yang kuat tentang bagaimana keturunan Israel yang dipimpin oleh bani Ruben, bani Gad, dan separuh suku Manasye, menunaikan janji dan misi mereka. Setelah bertahun-tahun berjuang bersama saudara-saudara mereka di tanah Kanaan di bawah kepemimpinan Yosua, saatnya telah tiba bagi mereka untuk kembali ke tanah perjanjian yang telah dialokasikan di sisi timur Sungai Yordan. Ayat ini bukan sekadar catatan geografis, melainkan sebuah penegasan tentang kesetiaan, kepatuhan, dan pentingnya sebuah kesaksian iman yang kokoh.

Perjalanan pulang ini bukanlah sekadar perpindahan tempat. Ini adalah puncak dari sebuah perjanjian dan sebuah pengabdian. Selama bertahun-tahun, ketiga suku ini telah meninggalkan keluarga dan rumah mereka untuk membantu saudara-saudara mereka merebut dan mengamankan tanah Kanaan. Perjuangan ini penuh dengan tantangan, pengorbanan, dan bukti nyata dari kesatuan mereka sebagai umat pilihan Allah. Ayat ini menegaskan bahwa kepulangan mereka didasarkan pada "titah TUHAN dengan perantaraan Musa", yang berarti tindakan mereka dipimpin oleh firman Tuhan dan otoritas yang diberikan-Nya. Ini menunjukkan betapa pentingnya ketaatan pada perintah ilahi dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam pembagian tanah dan dalam hubungan antar sesama suku.

Kepulangan ini juga melahirkan sebuah momen penting yang tercatat dalam pasal yang sama. Ketakutan dan kesalahpahaman sempat timbul di antara suku-suku yang menetap di Kanaan ketika mereka melihat bani Ruben, Gad, dan Manasye membangun sebuah mezbah besar di dekat Sungai Yordan. Mereka khawatir bahwa ini adalah tanda kemurtadan dan pemberontakan terhadap Allah. Namun, setelah dilakukan penyelidikan yang bijaksana dan komunikasi yang jujur, terungkap bahwa mezbah itu dibangun sebagai "mezbah kesaksian" (Yosua 22:26-28) agar anak cucu mereka di masa depan tidak melupakan bahwa mereka juga adalah bagian dari umat Israel yang disembah oleh Allah yang sama.

Kisah Yosua 22:9 dan peristiwa selanjutnya mengajarkan kita beberapa pelajaran berharga. Pertama, pentingnya menepati janji dan komitmen, terutama yang didasari oleh perintah Tuhan. Kesetiaan bani Ruben, Gad, dan Manasye dalam membantu saudara-saudara mereka adalah teladan bagi kita. Kedua, pentingnya komunikasi yang jelas dan pemahaman yang benar dalam menghindari kesalahpahaman yang bisa merusak persatuan. Ketiga, pentingnya membangun "mezbah kesaksian" dalam kehidupan pribadi dan komunal kita. Ini bisa berupa tradisi keluarga, pengingat visual, atau narasi yang kita bagikan untuk memastikan generasi mendatang tidak melupakan karya besar Tuhan dalam hidup kita dan dalam sejarah umat-Nya. Mezbah kesaksian ini memastikan bahwa iman tidak hanya hidup pada satu generasi, tetapi terus diturunkan dan diperbarui.

Dengan demikian, Yosua 22:9 lebih dari sekadar sebuah narasi sejarah. Ia adalah sebuah pengingat abadi tentang kekuatan kesatuan, pentingnya ketaatan kepada firman Tuhan, dan kebutuhan mendesak untuk terus menerus menanamkan kesaksian iman agar generasi mendatang tidak tersesat.