"Dan sebab orang yang membawa tabut perjanjian itu sampai ke sungai Yordan, dan kaki para imam yang menanggungnya sudah kena air di tepi sungai itu, —sungai Yordan itu meluap sepanjang tepinya pada waktu panen."
Ayat Alkitab Yosua 3:15 memberikan gambaran yang sangat kuat tentang momen krusial dalam sejarah bangsa Israel. Setelah empat puluh tahun mengembara di padang gurun, mereka akhirnya tiba di ambang Tanah Perjanjian. Namun, sebelum mereka dapat menginjakkan kaki di tanah yang dijanjikan itu, ada satu rintangan besar yang harus mereka lewati: Sungai Yordan yang meluap.
Pada musim panen gandum, seperti yang disebutkan dalam ayat tersebut, Sungai Yordan tidak seperti sungai biasa. Alirannya deras, tepiannya meluap, dan menyeberanginya tampak mustahil. Bagi bangsa Israel yang tanpa persiapan militer atau pengalaman navigasi yang memadai, ini bisa menjadi sumber ketakutan dan keraguan yang luar biasa. Bayangkan kepanikan yang mungkin melanda ketika mereka melihat kekuatan alam yang begitu besar di hadapan mereka.
Namun, Tuhan telah memberikan instruksi yang jelas kepada Yosua. Para imam harus membawa Tabut Perjanjian, simbol kehadiran Allah, dan mereka harus melangkah ke dalam air yang meluap itu. Poin pentingnya adalah, bukan hanya para imam yang melangkah, tetapi seluruh umat Israel diminta untuk menaruh kepercayaan mereka pada janji dan kuasa Allah.
Kisah ini bukan sekadar catatan sejarah kuno; ia mengandung pelajaran yang sangat relevan bagi kehidupan kita di masa kini. Seringkali, kita dihadapkan pada "sungai Yordan" kita sendiri – tantangan, ketidakpastian, mimpi yang tampaknya mustahil, atau situasi yang membuat kita merasa tidak berdaya.
Ketika kaki para imam menyentuh air yang meluap, pada saat itulah mukjizat terjadi. Air Sungai Yordan berhenti mengalir dan terdorong ke hilir, memungkinkan seluruh bangsa Israel menyeberang dengan kering. Ini mengajarkan kita bahwa seringkali, tindakan iman yang berani adalah kunci untuk membuka jalan. Bukan ketika kita merasa siap sepenuhnya, atau ketika keadaan terlihat sempurna, tetapi ketika kita berani mengambil langkah pertama dalam ketaatan kepada panggilan ilahi.
Yosua 3:15 mengingatkan kita bahwa masalah terbesar seringkali muncul pada saat terpenting, yaitu saat kita berada di ambang berkat atau pencapaian yang dijanjikan. Tuhan tidak menjanjikan jalan yang mulus, tetapi Ia menjanjikan kehadiran-Nya. Ia berjanji bahwa Ia akan menyertai kita melewati setiap kesulitan. Keberanian para imam untuk melangkah ke dalam air yang deras menunjukkan bahwa iman bukanlah sekadar keyakinan pasif, melainkan sebuah tindakan aktif yang didasarkan pada janji Allah.
Marilah kita belajar dari bangsa Israel. Ketika kita dihadapkan pada kesulitan yang meluap, jangan biarkan ketakutan melumpuhkan kita. Ingatlah bahwa bersama dengan iman, kehadiran Allah akan membuka jalan yang tidak pernah kita bayangkan. Langkah pertama yang penuh iman, didukung oleh Tabut Perjanjian yang melambangkan Kristus yang selalu bersama kita, akan membawa kita melewati batas-batas yang menantang menuju tanah perjanjian yang dijanjikan.