"Maka berhenti mengalirlah air sungai itu, dan air yang datang dari hulu, tertahan di satu tempat, jauh sekali di Adam, kota yang terletak dekat Zartan. Tetapi air yang turun ke arah Laut Araba, yakni Laut Asin, telah terputus sama sekali. Lalu berjalanlah seluruh orang Israel menyeberangi sungai itu dengan berjalan kaki."
Kisah dalam Yosua 3:16 mencatat salah satu momen paling luar biasa dalam sejarah bangsa Israel. Setelah kematian Musa, Yosua diperintahkan oleh Tuhan untuk memimpin umat pilihan-Nya memasuki Tanah Perjanjian, Kanaan. Namun, sebelum mereka bisa menetap, mereka dihadapkan pada rintangan alam yang tampaknya tak teratasi: Sungai Yordan yang berarus deras. Pada musim panen, sungai ini meluap, membuat penyeberangan menjadi sangat berbahaya.
Dalam menghadapi situasi genting ini, Tuhan memberikan instruksi yang spesifik kepada Yosua. Para imam yang membawa tabut perjanjian Tuhan diperintahkan untuk melangkah masuk ke dalam air sungai yang meluap. Kepercayaan dan ketaatan mereka adalah kunci dari keajaiban yang akan terjadi. Begitu kaki para imam menyentuh tepi air, firman Tuhan menyatakan, "maka berhentilah mengalirlah air sungai itu."
Ayat Yosua 3:16 memerinci bagaimana aliran air dari hulu terhenti, membendung di dekat kota Adam, sementara aliran ke arah Laut Araba (Laut Mati) terputus seluruhnya. Ini menciptakan sebuah jalan kering di dasar sungai, memungkinkan seluruh bangsa Israel, termasuk perempuan, anak-anak, dan orang tua, untuk menyeberang dengan aman. Keajaiban ini bukan hanya sekadar pertunjukan kekuatan alam, tetapi juga penegasan yang kuat akan janji dan kuasa Tuhan atas umat-Nya.
Peristiwa ini memiliki makna teologis yang mendalam. Pertama, ini adalah bukti nyata bahwa Tuhan setia pada janji-Nya untuk memberikan Kanaan kepada keturunan Abraham. Keberhasilan masuk ke Tanah Perjanjian adalah buah dari iman dan ketaatan kepada Tuhan. Kedua, ini menunjukkan bahwa bagi Tuhan tidak ada hal yang mustahil. Sungai yang mengalir deras, simbol kekuatan alam yang menakutkan, tunduk pada perintah-Nya. Ini memperkuat keyakinan bangsa Israel akan perlindungan dan pertolongan ilahi.
Selain itu, pengalaman menyeberangi Sungai Yordan yang kering menjadi pengingat abadi bagi generasi mendatang. Yosua sendiri kemudian memerintahkan agar dua belas batu diambil dari tengah sungai Yordan dan didirikan sebagai tugu peringatan di Gilgal. Batu-batu ini akan menjadi saksi bisu bagi anak cucu mereka tentang bagaimana Tuhan telah membawa nenek moyang mereka menyeberangi Sungai Yordan dengan berjalan kaki, ketika Dia membuat air sungai Yordan berhenti mengalir di hadapan tabut perjanjian TUHAN. Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya mengingat perbuatan besar Tuhan dalam hidup kita dan bagaimana iman dapat membuka jalan di tengah kesulitan yang paling berat sekalipun.