Yosua 7:10

Berfirmanlah TUHAN kepada Yosua: "Segeralah bangkit, mengapa engkau rebah telungkup ini? Israel telah berbuat dosa, mereka telah melanggar perjanjian-Ku yang telah Kuperintahkan kepada mereka, bahkan mereka telah mengambil barang-barang yang dikhususkan itu, mencurinya, menyembunyikannya dan memasukkannya ke dalam barang-barang mereka sendiri.

Ikon Ilahi yang Menunjuk ke Arah Kebenaran

Kemenangan Semu dan Ketaatan Sejati

Kisah dalam Kitab Yosua, pasal 7, merupakan salah satu momen krusial dalam perjalanan bangsa Israel menuju Tanah Perjanjian. Setelah kemenangan gemilang di Yerikho, sebuah tragedi tak terduga menimpa mereka di kota kecil Ai. Pasal ini membuka dengan firman Tuhan kepada Yosua, "Segeralah bangkit, mengapa engkau rebah telungkup ini?" Kalimat ini bukan sekadar teguran, melainkan sebuah panggilan untuk bangkit dari keterpurukan dan memahami akar masalahnya. Yosua, sang pemimpin yang gagah berani, tampaknya diliputi keputusasaan dan kebingungan setelah kekalahan memalukan di Ai. Ia meragukan kekuatan Tuhan atau mungkin kekuatan mereka sendiri.

Namun, Tuhan segera mengingatkan Yosua akan penyebab utama dari kegagalan ini: dosa dan pelanggaran perjanjian. Firman Tuhan yang tercatat dalam Yosua 7:10-11 dengan tegas menyatakan, "Israel telah berbuat dosa, mereka telah melanggar perjanjian-Ku yang telah Kuperintahkan kepada mereka, bahkan mereka telah mengambil barang-barang yang dikhususkan itu, mencurinya, menyembunyikannya dan memasukkannya ke dalam barang-barang mereka sendiri." Dosa yang dilakukan oleh satu orang, Akhan, telah membawa konsekuensi yang mengerikan bagi seluruh bangsa. Ia telah mengambil sebagian dari jarahan Yerikho yang seharusnya dikhususkan bagi Tuhan, menyimpannya secara diam-diam. Keinginan duniawi dan ketidaktaatan satu individu telah memutuskan hubungan spiritual bangsa Israel dengan Tuhan.

Ayat ini mengajarkan sebuah kebenaran fundamental tentang dampak dosa kolektif. Dalam konteks hubungan perjanjian dengan Tuhan, ketidaktaatan satu anggota umat dapat mempengaruhi seluruh komunitas. Ini bukan tentang menyalahkan individu secara membabi buta, melainkan menekankan pentingnya integritas dan ketaatan setiap orang di hadapan Tuhan. Kemenangan yang semu di Yerikho harus dibayar mahal dengan kekalahan di Ai karena adanya sesuatu yang "terlarang" di tengah-tengah mereka. Tuhan adalah Tuhan yang kudus, dan kekudusan-Nya menuntut pemisahan dari dosa.

Firman Tuhan kepada Yosua dalam ayat ini menjadi landasan bagi pemulihan. Langkah pertama adalah pengakuan dosa. Tuhan tidak menghendaki Yosua terus berlarut dalam kesedihan, melainkan bangkit dan mencari solusi ilahi. Solusi itu adalah pembersihan diri dari dosa. Yosua diperintahkan untuk menemukan dan menghukum pelaku dosa tersebut, serta membuang barang-barang yang dikhususkan itu dari antara mereka. Proses pengakuan dan pembuangan dosa inilah yang memungkinkan Israel untuk kembali mendapatkan perkenanan Tuhan dan meraih kemenangan yang sejati.

Pelajaran dari Yosua 7:10 sangat relevan hingga kini. Dalam kehidupan pribadi maupun komunal, seringkali kita mengalami kebuntuan atau kegagalan yang tak terduga. Seringkali, akar masalahnya bukanlah kurangnya kemampuan atau strategi, melainkan adanya dosa yang tersembunyi atau ketidakpedulian terhadap perintah Tuhan. Ayat ini mengingatkan kita untuk tidak mencari alasan di luar diri, melainkan secara jujur memeriksa hati dan tindakan kita. Ketaatan sejati kepada Tuhan bukanlah sekadar mengikuti aturan, tetapi memiliki hati yang murni dan rela melepaskan apa pun yang menghalangi hubungan kita dengan-Nya. Ketika kita bersedia bangkit, mengakui, dan membuang dosa dari hidup kita, maka kita dapat mengalami kemenangan yang datangnya dari Tuhan, bukan sekadar kemenangan sementara yang rapuh.