Kata Yosua kepada Akhan: "Anakku, berilah hormat kepada TUHAN, Allah Israel, dan akui-Nya, dan beritahukanlah kepadaku apa yang kauperbuat; janganlah menyembunyikannya daripadaku."
Dalam perjalanan bangsa Israel menuju Tanah Perjanjian, kemenangan melawan kota Yerikho diwarnai oleh tindakan ketidaktaatan yang mengerikan. Akhan, salah satu dari mereka, tergiur oleh barang-barang berharga di Yerikho dan menyembunyikannya dari bagian rampasan perang yang seharusnya dipersembahkan kepada Tuhan. Akibatnya, bangsa Israel mengalami kekalahan yang memalukan saat menghadapi kota Ai. Yosua, sebagai pemimpin mereka, sangat terpukul dan bingung. Dalam situasi inilah Tuhan mengungkapkan sumber masalahnya. Ayat kunci Yosua 7:19 menjadi momen krusial di mana Yosua menghadapi Akhan. Kata-kata Yosua bukanlah ancaman, melainkan panggilan untuk pengakuan dan pengembalian kehormatan kepada Tuhan.
Inti dari ayat ini terletak pada dua hal penting: memberikan hormat kepada Tuhan dan mengakuinya. "Memberikan hormat" di sini bukan sekadar sapaan sopan, melainkan pengakuan atas kedaulatan, kuasa, dan kebenaran-Nya. Akhan diperintahkan untuk mengakui bahwa Tuhan adalah Allah Israel, sumber segala kemenangan dan tuntunan mereka. Tindakan menyembunyikan rampasan perang adalah bentuk perampasan kehormatan dari Tuhan. Dengan menyembunyikan apa yang seharusnya menjadi milik-Nya, Akhan secara implisit menolak otoritas-Nya dan menempatkan keserakahan pribadinya di atas kehendak ilahi.
Ayat ini juga menyoroti urgensi pengakuan dosa. Yosua mendesak Akhan, "beritahukanlah kepadaku apa yang kauperbuat; janganlah menyembunyikannya daripadaku." Perintah ini menunjukkan bahwa pengakuan dosa bukanlah sekadar penyerahan diri, tetapi juga langkah awal menuju pemulihan dan keadilan. Menyembunyikan dosa hanya akan memperdalam jurang pemisah antara Akhan dan Tuhan, serta membawa konsekuensi yang lebih buruk bagi seluruh umat Israel. Dosa yang tidak diakui dan tidak diselesaikan akan terus membebani, menciptakan kegelapan, ketakutan, dan kegagalan.
Kisah Akhan dan ayat Yosua 7:19 memberikan pelajaran berharga bagi kita. Di tengah kompleksitas kehidupan, godaan untuk menyembunyikan kesalahan atau kekurangan pribadi seringkali muncul. Namun, firman Tuhan mengajarkan bahwa kejujuran dan pengakuan terbuka adalah jalan menuju kebebasan. Ketika kita jujur kepada Tuhan tentang dosa-dosa kita, kita mengakui bahwa Dia adalah satu-satunya sumber kebaikan dan pengampunan. Pengakuan ini membuka pintu bagi pemulihan hubungan dengan Tuhan dan sesama, serta membebaskan kita dari beban rasa bersalah dan ketakutan. Lebih dari itu, pengakuan yang tulus memungkinkan campur tangan Tuhan untuk memulihkan keadaan dan membawa kemenangan, bukan hanya bagi diri kita sendiri, tetapi juga bagi komunitas di sekitar kita.
Yosua 7:19 bukan sekadar narasi sejarah kuno, melainkan sebuah prinsip ilahi yang tetap relevan hingga kini. Ini adalah pengingat bahwa kejujuran total di hadapan Tuhan, bahkan dalam hal dosa, adalah kunci untuk mengalami pemulihan, keadilan, dan kembali berjalan dalam kemenangan yang Ia janjikan.
Mari renungkan kedalaman ayat ini dalam perjalanan iman Anda.