Yosua 8:33

"Seluruh Israel, para tua mereka, para tua mereka, dan para pendatang yang tinggal di tengah-tengah mereka, berdiri di kedua belah peti perjanjian TUHAN, separuh menghadap Gunung Gerizim dan separuh menghadap Gunung Ebal, seperti yang diperintahkan Musa, hamba TUHAN, dahulu itu, untuk memberkati orang Israel."

Kisah yang tercatat dalam Kitab Yosua pasal 8 ayat 33 ini mengisahkan sebuah momen krusial dalam sejarah bangsa Israel. Setelah berhasil menaklukkan kota Ai, sebuah kemenangan penting yang menyusul kekalahan di kota sebelumnya, umat pilihan Tuhan ini berkumpul untuk melaksanakan amanat yang diberikan Musa sebelumnya. Mereka berdiri di lembah antara dua gunung yang memiliki arti simbolis sangat besar: Gunung Ebal dan Gunung Gerizim. Pembagian ini bukan sekadar penempatan fisik, melainkan manifestasi dari ketaatan dan pengakuan terhadap hukum Tuhan yang akan diberkati dan dikutuk.

Ayat ini secara spesifik menyebutkan bahwa "Seluruh Israel" hadir, termasuk para tua-tua mereka, para pemimpin suku, para perempuan, anak-anak, dan bahkan para pendatang yang hidup bersama mereka. Kehadiran yang komprehensif ini menekankan betapa pentingnya peristiwa ini bagi seluruh komunitas. Ini bukan hanya urusan para pemimpin atau pejuang, tetapi menjadi tanggung jawab bersama seluruh umat, dari generasi tertua hingga yang termuda, termasuk mereka yang tidak berasal dari keturunan Israel secara langsung namun telah memilih untuk hidup di bawah naungan perjanjian. Keberadaan para pendatang juga menunjukkan inklusivitas rencana Tuhan dan penerimaan terhadap mereka yang mau taat.

Posisisi mereka di "kedua belah peti perjanjian TUHAN" menunjukkan penghormatan yang mendalam terhadap kehadiran Tuhan yang dilambangkan oleh Tabut Perjanjian. Peti ini adalah pusat ibadah dan pengingat akan kesetiaan Tuhan serta tuntutan-Nya. Berdiri di sana, mereka secara harfiah berada di hadapan Tuhan, siap untuk mendengar dan merespons Firman-Nya. Pembagian menjadi dua kelompok, satu menghadap Gunung Ebal dan yang lain menghadap Gunung Gerizim, merupakan pelaksanaan instruksi Musa yang tercatat dalam Ulangan 27. Di Gunung Gerizim, dibacakan berkat-berkat bagi mereka yang taat kepada perintah Tuhan, sementara di Gunung Ebal dibacakan kutuk-kutuk bagi mereka yang melanggar.

Momen ini adalah penegasan kembali perjanjian antara Allah dan umat-Nya. Ini adalah pengingat bahwa janji-janji berkat hanya bisa dinikmati dengan ketaatan yang tulus kepada setiap firman Tuhan, sedangkan ketidaktaatan akan mendatangkan konsekuensi yang serius. Tindakan ini bukan hanya ritual semata, melainkan sebuah komitmen spiritual yang mendalam. Dengan mendengarkan dan merespons kedua sisi perintah Tuhan—berkat bagi yang taat dan kutuk bagi yang tidak taat—seluruh bangsa Israel diperhadapkan pada realitas pilihan mereka sendiri. Mereka harus mengerti bahwa masa depan mereka di tanah perjanjian sangat bergantung pada sikap mereka terhadap hukum Tuhan. Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya mendengar seluruh kehendak Tuhan, meresponsnya dengan penuh kesungguhan, dan bahwa ketaatan mendasar bagi kehidupan yang diberkati.