"Orang Israel berjalan ke sana, dan pada hari ketiga mereka sampai ke kota-kota itu. Kota-kota itu ialah Gibeon, Kefira, Beerot dan Kiryat-Yearim."
Ayat Yosua 9:17 mencatat satu momen krusial dalam perjalanan bangsa Israel memasuki Tanah Perjanjian. Setelah bertahun-tahun di padang gurun, mereka kini dihadapkan pada tugas untuk menaklukkan dan menduduki Kanaan. Namun, kisah yang mendahului ayat ini menceritakan tentang sebuah siasat cerdik dari penduduk Gibeon yang membuat bangsa Israel terkelabui. Para orang Gibeon datang kepada Yosua dengan membawa bekal yang sudah basi, kantong-kantong kulit yang usang, dan pakaian yang compang-camping, seolah-olah mereka datang dari negeri yang jauh.
Tujuan mereka adalah untuk membuat perjanjian damai dengan bangsa Israel, bukan untuk diperangi. Dalam kebingungan dan ketergesaan, Yosua dan para pemimpin Israel tidak bertanya terlebih dahulu kepada Tuhan. Mereka membuat perjanjian dengan orang Gibeon, sebuah keputusan yang kemudian menimbulkan konsekuensi. Ayat 17 ini menjadi penanda bahwa bangsa Israel secara resmi melakukan perjalanan menuju kota-kota Gibeon dan beberapa kota lainnya yang terlibat dalam perjanjian tersebut.
Kisah ini bukan sekadar catatan sejarah, melainkan sebuah pelajaran berharga tentang pentingnya hikmat dan bimbingan ilahi. Bangsa Israel, meskipun memiliki Tuhan yang luar biasa yang telah memimpin mereka keluar dari perbudakan Mesir, ternyata masih bisa jatuh dalam kesalahan karena kurangnya pertimbangan dan doa. Seringkali, dalam kehidupan kita sehari-hari, kita juga dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit. Bisakah kita mengenali kapan kita perlu bertindak cepat dan kapan kita perlu berhenti sejenak untuk mencari kehendak Tuhan?
Ketaatan yang bijak adalah tentang mengikuti perintah Tuhan, namun juga dengan kebijaksanaan yang datang dari-Nya. Bukan sekadar mengikuti aturan secara membabi buta, tetapi memahami alasan di baliknya dan bagaimana tindakan kita selaras dengan rencana-Nya yang lebih besar. Kehati-hatian dalam membuat keputusan, termasuk dalam hal perjanjian dan hubungan, sangatlah penting. Mengabaikan kepekaan terhadap tanda-tanda dan tanpa mencari petunjuk ilahi dapat membawa kita ke jalan yang tidak semestinya.
Meskipun bangsa Israel membuat kesalahan dalam hal ini, kisah ini juga menunjukkan bagaimana Tuhan tetap bekerja melalui situasi yang ada. Perjanjian itu tetap dihormati, meskipun dengan pengakuan bahwa mereka telah tertipu. Ini mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga integritas perkataan kita, bahkan ketika kita dihadapkan pada konsekuensi dari kesalahan yang telah dibuat. Yosua 9:17, bersama dengan konteksnya, mengajak kita untuk merenungkan bagaimana kita menjalankan iman dalam kehidupan sehari-hari, agar setiap langkah kita adalah langkah ketaatan yang didasari oleh kebijaksanaan ilahi.