"Dan tatkala ia (Yunus) berada dalam perut ikan, ia menyeru dalam kegelapan, "Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang lalim." Maka Kami kabulkan doanya, dan Kami selamatkan dia dari kesedihan. Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman."
Ilustrasi sederhana yang menggambarkan kapal di tengah ombak, melambangkan kondisi Yunus saat berada di lautan.
Kisah Nabi Yunus AS adalah salah satu cerita yang paling kuat dalam Al-Qur'an, mengajarkan tentang kekuatan doa, keraguan manusia, dan kemurahan Allah SWT yang tak terbatas. Ayat 4 Surah Yunus menggambarkan momen kritis ketika Yunus AS, setelah menentang perintah Allah untuk berdakwah kepada kaum Ninawa, terlempar ke laut dan ditelan oleh seekor ikan besar. Dalam kegelapan yang pekat di dalam perut ikan, di tengah ancaman kematian yang mengerikan, Yunus AS tidak berputus asa. Sebaliknya, ia memfokuskan hatinya kepada Tuhannya.
Pesan yang diucapkannya adalah pengakuan total atas keesaan Allah dan penyesalan mendalam atas kesalahannya. "Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang lalim." Doa ini bukan sekadar ucapan lisan, melainkan manifestasi dari kesadaran spiritual yang mendalam. Yunus AS menyadari ketidakberdayaannya dan mengakui kezalimannya, sebuah pengakuan yang menjadi kunci untuk menerima ampunan dan pertolongan Ilahi. Ini menunjukkan bahwa bahkan dalam situasi tergelap sekalipun, pintu taubat selalu terbuka bagi mereka yang tulus memohon.
Menindaklanjuti doa tulus Yunus AS, ayat 5 Surah Yunus menyatakan dengan tegas, "Maka Kami kabulkan doanya, dan Kami selamatkan dia dari kesedihan. Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman." Kalimat ini menegaskan bahwa Allah SWT mendengar setiap doa hamba-Nya yang tulus, terutama ketika doa itu dipanjatkan dalam keadaan yang paling membutuhkan. Keadaan Yunus AS, terjebak dalam perut ikan, merupakan ujian terberat yang menunjukkan betapa besar keyakinannya.
Keselamatan yang diterima Yunus AS dari "kesedihan" (dalam bahasa Arab: al-gham) menunjukkan bahwa cobaan yang dialaminya bukan hanya fisik, tetapi juga emosional dan spiritual. Allah tidak hanya menyelamatkannya dari bahaya kematian fisik, tetapi juga membebaskannya dari beban penyesalan dan keputusasaan. Pengalaman ini menjadi pelajaran berharga bagi Yunus AS, memperkuat keimanannya dan mempersiapkannya untuk kembali menjalankan tugas kenabiannya.
Ayat penutup, "Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman," memperluas makna dari kisah spesifik Yunus AS kepada seluruh umat manusia. Ini adalah janji universal dari Allah SWT bahwa Dia akan selalu memberikan pertolongan dan keselamatan kepada mereka yang beriman teguh, yang senantiasa menjaga hubungan spiritual dengan-Nya, dan yang berlindung kepada-Nya dalam setiap kesulitan. Iman yang tulus adalah kunci pembuka pintu rahmat dan pertolongan Ilahi, yang mampu mengubah situasi paling mengerikan sekalipun menjadi jalan keluar yang mulia. Kisah Yunus mengingatkan kita untuk tidak pernah berhenti berdoa dan berharap, karena Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang bagi hamba-Nya yang kembali kepada-Nya.