Dan TUHAN berkata kepadaku: "Ambillah lagi bagimu perlengkapan seorang gembala yang bodoh."
Kitab Zakharia, sebuah nubuatan yang penuh dengan penglihatan simbolis, menyajikan gambaran yang kuat tentang hubungan antara Allah dan umat-Nya. Dalam pasal 11, kita menemukan narasi yang menyentuh tentang seorang gembala dan kawanan domba. Ayat 15, secara spesifik, mengarahkan kita pada sebuah instruksi ilahi yang tampaknya sederhana namun sarat makna: "Dan TUHAN berkata kepadaku: 'Ambillah lagi bagimu perlengkapan seorang gembala yang bodoh.'"
Perintah ini bukan sekadar permintaan untuk mengumpulkan barang-barang. Ia menunjuk pada sebuah peran, sebuah tanggung jawab, dan sebuah karakteristik yang sangat penting untuk dipahami. Siapakah gembala yang bodoh ini? Mengapa Allah memerintahkan Zakharia untuk mengambil perlengkapannya?
Dalam konteks nubuatan Zakharia, gembala seringkali melambangkan pemimpin umat, baik itu raja, imam, atau nabi. Namun, di sini kita dihadapkan pada citra seorang gembala yang "bodoh." Ini bukan berarti bodoh dalam arti ketidakmampuan intelektual, melainkan lebih kepada ketidakbecusan, ketidakpedulian, atau bahkan pengkhianatan terhadap tugasnya. Gembala yang bodoh adalah ia yang gagal melindungi kawanannya, yang membiarkan domba-dombanya tercerai-berai, tersesat, atau bahkan dimangsa. Ia adalah cerminan dari para pemimpin yang menyalahgunakan kekuasaan mereka, yang mengutamakan kepentingan pribadi di atas kesejahteraan umat yang seharusnya mereka layani.
Perlengkapan seorang gembala yang bodoh bisa jadi melambangkan alat-alat yang seharusnya digunakan untuk menjaga dan menggembalakan, namun dalam tangan yang salah, alat-alat tersebut menjadi simbol kegagalan. Tongkat gembala, yang seharusnya menjadi alat untuk membimbing dan melindungi, mungkin digunakan dengan sembrono. Tali pengikat, yang seharusnya untuk menyatukan kawanan, mungkin digunakan untuk mengendalikan secara sewenang-wenang. Atau, perlengkapan itu bisa jadi hanya sekadar simbol dari ketidakadaan perlengkapan yang memadai, menandakan kesiapan yang buruk dan ketidakmampuan untuk menghadapi tantangan.
Nubuatan ini juga dapat dilihat sebagai gambaran yang menunjuk pada zaman Mesianik yang akan datang. Allah, melalui nabi-Nya, memperingatkan tentang masa depan di mana pemimpin yang tidak setia akan digantikan oleh yang setia. Perlengkapan gembala yang bodoh ini menjadi pengingat akan hukuman yang akan menimpa mereka yang lalai dalam tugasnya, sekaligus menjadi dasar untuk memperkenalkan Mesias, Sang Gembala Agung, yang akan memimpin umat-Nya dengan hikmat, kasih, dan pengorbanan.
Memahami Zakharia 11:15 memberikan kita perspektif tentang pentingnya kepemimpinan yang bertanggung jawab dan setia. Ini adalah seruan bagi semua orang yang diberi amanah untuk memimpin, baik dalam skala kecil maupun besar, untuk merenungkan peran mereka dan memastikan bahwa mereka melayani dengan hati yang tulus, bukan dengan kesia-siaan atau kebodohan.