Kitab Zakharia, nabi yang diutus pada masa pasca-pembuangan di Yerusalem, menyajikan serangkaian visi profetik yang mendalam bagi umat Israel yang sedang dalam proses pemulihan. Salah satu visi yang paling menonjol tercatat dalam pasal 3, ayat 1, yang menggambarkan sebuah skenario spiritual yang dramatis dan penuh makna. Visi ini menampilkan Yosua, sang imam besar, yang berdiri di hadapan malaikat TUHAN, sementara Iblis hadir di sisi kanannya, siap untuk menuduh dan mendakwanya.
Konteks historis visi ini sangat penting. Umat Israel baru saja kembali dari pembuangan di Babel, sebuah periode yang penuh dengan kesedihan dan kesulitan. Mereka dihadapkan pada tantangan besar untuk membangun kembali Bait Suci dan kehidupan spiritual mereka di bawah kepemimpinan Zerubabel sebagai gubernur dan Yosua sebagai imam besar. Keadaan ini tentu saja menarik perhatian kekuatan spiritual, baik yang baik maupun yang jahat.
Kehadiran Yosua di hadapan malaikat TUHAN menunjukkan posisinya yang penting dalam rancangan ilahi. Sebagai imam besar, ia adalah perantara antara Allah dan umat-Nya. Namun, visi ini juga mengungkap kenyataan bahwa dalam pelayanan spiritual, selalu ada penentangan. Iblis, yang digambarkan sebagai "pendakwa," hadir untuk menyoroti segala kekurangan dan kesalahan Yosua. Ini adalah penggambaran yang kuat tentang pertempuran rohani yang tak terlihat yang terjadi di alam semesta, di mana umat Tuhan seringkali menjadi sasaran tuduhan dan godaan.
Malaikat TUHAN yang berdiri di hadapan-Nya melambangkan otoritas dan kehadiran ilahi. Peranannya dalam adegan ini krusial. Meskipun Iblis berusaha mendakwa Yosua, keberadaan malaikat TUHAN menegaskan bahwa Yosua tidak sendirian dan bahwa pengadilan akhir berada di tangan Tuhan. Visi ini secara halus memberikan penghiburan dan kekuatan. Bagi orang-orang Israel yang baru saja kembali, mengetahui bahwa imam besar mereka sedang berdiri di hadapan Tuhan, meskipun dihadapkan pada tuduhan, merupakan penegasan akan pemeliharaan ilahi.
Zakharia 3:1 bukan sekadar gambaran tentang konflik spiritual kuno, tetapi juga sebuah kebenaran yang relevan bagi setiap zaman. Ia mengingatkan kita bahwa dalam perjalanan iman, kita akan menghadapi perlawanan. Iblis terus berusaha menjatuhkan kita melalui dosa, keraguan, dan tuduhan palsu. Namun, visi ini memberikan harapan yang mendalam: bahwa melalui pengorbanan Kristus dan peran-Nya sebagai Pengantara Agung kita, kita dapat berdiri di hadapan Tuhan, dibenarkan, dan dilindungi dari setiap dakwaan. Malaikat TUHAN, yang dalam konteks Perjanjian Baru merujuk pada Yesus Kristus sendiri, adalah Pembela utama kita.
Dengan demikian, visi Zakharia 3:1 menggarisbawahi pentingnya iman yang teguh, pengakuan akan otoritas ilahi, dan keyakinan bahwa di tengah pertempuran rohani, kasih dan keadilan Tuhan akan selalu menang. Pemulihan Israel dan pembangunan kembali Bait Suci menjadi simbol kemenangan yang lebih besar melalui Kristus, yang membebaskan kita dari kuasa dosa dan kematian.