"Siapakah gerangan gunung ini, dataran? Di hadapan Zerubabel gunung itu menjadi datar."
Dalam kitab Zakharia, khususnya pada pasal 4 ayat 7, terdapat sebuah nubuat yang penuh dengan kekuatan dan harapan. Ayat ini berbunyi, "Siapakah gerangan gunung ini, dataran? Di hadapan Zerubabel gunung itu menjadi datar." Pesan ini disampaikan pada masa ketika umat Israel baru saja kembali dari pembuangan di Babel dan tengah berjuang keras untuk membangun kembali Bait Suci di Yerusalem. Mereka menghadapi begitu banyak rintangan, baik dari dalam maupun dari luar, yang terasa seperti gunung-gunung yang menjulang tinggi dan mustahil untuk didaki.
Zakharia, sang nabi, digambarkan sedang menerima penglihatan visioner tentang pembangunan kembali Bait Suci. Salah satu visi yang paling signifikan adalah yang melibatkan Zerubabel, seorang pemimpin yang ditunjuk untuk memimpin proyek pembangunan kembali ini. Di hadapan Zerubabel, sebuah gunung yang melambangkan segala kesulitan dan tantangan yang dihadapi, ternyata akan menjadi dataran. Ini bukanlah penggambaran literal, melainkan sebuah metafora yang kuat. Gunung di sini mewakili kekuatan politik yang menentang, keraguan internal, keterbatasan sumber daya, dan segala bentuk hambatan lain yang tampaknya tidak dapat diatasi.
Ayat ini menekankan kuasa ilahi yang bekerja melalui pemimpin yang dipilih Tuhan. Zerubabel bukan sekadar manusia biasa yang berjuang sendiri; ia bertindak di bawah bimbingan dan kuasa Allah. Ketika firman Tuhan dinyatakan melalui Zakharia, "Di hadapan Zerubabel gunung itu menjadi datar," itu menandakan bahwa dengan penyertaan Tuhan, masalah-masalah terbesar pun dapat diselesaikan. Apa yang terlihat mustahil bagi pandangan manusiawi, menjadi mungkin ketika dilakukan dalam ketaatan kepada kehendak ilahi. Ini adalah janji bahwa Tuhan akan meratakan jalan bagi umat-Nya ketika mereka berusaha untuk memuliakan-Nya.
Konsep "batu penjuru" sering kali dikaitkan dengan pembangunan, yang melambangkan fondasi utama dan penentu stabilitas sebuah bangunan. Dalam konteks pembangunan kembali Bait Suci, Zerubabel adalah figur sentral, dan keberhasilannya dalam meratakan gunung-gunung tantangan adalah bukti bahwa proyek ini akan selesai. Ayat Zakharia 4:7 mengindikasikan bahwa kunci dari keberhasilan pembangunan dan pemulihan bukanlah kekuatan manusia, melainkan kuasa Tuhan yang mengubah situasi yang paling sulit menjadi mudah. Ini memberikan pelajaran berharga bagi setiap orang yang menghadapi "gunung" dalam hidup mereka—entah itu masalah pribadi, tantangan profesional, atau kesulitan dalam pelayanan. Dengan iman dan penyerahan diri kepada Tuhan, gunung-gunung itu pun akan menjadi datar, membuka jalan bagi penyelesaian dan kemajuan.
Lebih dari sekadar pembangunan fisik, ayat ini juga memiliki makna spiritual yang mendalam. Gunung-gunung dapat melambangkan dosa-dosa yang menghalangi kita untuk mendekat kepada Tuhan, ketakutan yang melumpuhkan, atau ketidakpercayaan yang memisahkan kita dari hadirat-Nya. Melalui Kristus, yang sering disebut sebagai "batu penjuru," segala rintangan spiritual ini diatasi. Ketika kita berpegang teguh pada iman, Allah sendiri yang akan bekerja dalam kehidupan kita, meratakan jalan, dan memungkinkan kita untuk mencapai tujuan ilahi-Nya. Kemenangan tidak datang dari kekuatan kita sendiri, melainkan dari kuasa ilahi yang berdiam di dalam diri orang-orang yang setia.