Lalu aku bertanya, "Ya Tuhanku, apa artinya itu?" Jawab malaikat TUHAN itu, "Semua itu untuk membangun sebuah rumah di tanah Sinear bagi perempuan itu, dan untuk mendirikannya di atas alasnya yang kuat."
Simbol visual yang menggambarkan fondasi dan struktur, melambangkan pembangunan dan pemulihan.
Ayat Zakharia 5:11 merupakan bagian dari penglihatan profetik yang diberikan kepada Nabi Zakharia. Dalam konteks yang lebih luas, pasal ini menggambarkan serangkaian penglihatan yang ditujukan untuk memberikan harapan dan penegasan ilahi kepada umat Allah yang kembali dari pembuangan Babel. Penglihatan tentang gulungan terbang dan perempuan di dalam efah (wadah ukuran) yang dikirim ke Babel telah dibahas sebelumnya, melambangkan penghakiman atas dosa dan kejahatan.
Namun, ayat 11 ini membawa pergeseran makna yang penting. Setelah kejahatan diangkat dan dihukum, ada janji tentang pembangunan kembali. Pertanyaan Zakharia, "Ya Tuhanku, apa artinya itu?" dijawab dengan sebuah pernyataan yang mengindikasikan bahwa semua yang telah terjadi adalah persiapan untuk sesuatu yang positif. Malaikat TUHAN menjelaskan bahwa tujuan akhir dari semua proses itu adalah untuk membangun sebuah "rumah" bagi perempuan tersebut di "tanah Sinear," dan mendirikannya di atas "alasnya yang kuat."
Tanah Sinear, yang dikenal sebagai tempat Babel dibangun (Kejadian 11), sering kali diasosiasikan dengan kejahatan dan pemberontakan terhadap Allah. Namun, dalam konteks ayat ini, penempatan rumah di tanah Sinear tampaknya bukan berarti kembalinya kejahatan, melainkan menunjukkan penaklukan dan penundukan kejahatan. Dengan kata lain, tempat yang dulunya identik dengan dosa kini akan menjadi lokasi pemulihan dan stabilitas. Perempuan yang melambangkan kejahatan itu sendiri, setelah dipisahkan dan dihukum, kini ditempatkan dalam sebuah struktur yang kuat dan stabil. Ini bisa diartikan sebagai penahanan permanen terhadap pengaruh jahat atau penghakiman yang final atas dosa yang bersangkutan.
Pembangunan "rumah" dan pendiriannya di atas "alas yang kuat" menekankan gagasan tentang pemulihan, stabilitas, dan keadilan yang teguh. Ini adalah janji bahwa Allah tidak hanya menghakimi dosa, tetapi juga memulihkan dan membangun kembali umat-Nya dengan fondasi yang kokoh. Kata "rumah" di sini bisa merujuk pada perhentian akhir bagi kejahatan atau, dalam perspektif yang lebih luas, pembangunan kembali Bait Allah dan komunitas Israel dengan dasar yang kuat dan permanen.
Ayat ini mengajarkan kita tentang sifat keadilan Allah yang komprehensif. Keadilan-Nya tidak hanya bersifat menghukum, tetapi juga bersifat restoratif. Setelah dosa diatasi, Allah menyediakan dasar yang kokoh untuk kehidupan yang baru dan pemulihan. Janji ini memberikan penghiburan dan harapan bagi umat yang setia, mengingatkan mereka bahwa bahkan dalam masa-masa kesulitan dan pembuangan, rencana ilahi untuk kebaikan dan pembangunan kembali selalu beroperasi. Ini adalah pengingat akan kedaulatan Allah atas segala sesuatu, termasuk kekuatan kejahatan, dan kemampuan-Nya untuk mengubah situasi yang tampaknya mustahil menjadi sumber kekuatan dan stabilitas.