Kitab Zefanya, sebuah ramalan kenabian yang penuh dengan peringatan dan prediksi, menyoroti sebuah momen krusial dalam sejarah bangsa Israel, khususnya Yehuda. Ayat 1:10 dari Zefanya adalah salah satu bagian yang menggambarkan dengan jelas dampak dahsyat dari penghakiman ilahi yang akan datang. Kata-kata ini bukanlah sekadar rangkaian kalimat, melainkan sebuah gambaran visual dan auditori yang kuat tentang kehancuran yang akan melanda Yerusalem.
Frasa "jeritan dari Gerbang Ikan" membawa kita pada sebuah pemandangan yang mengerikan. Gerbang Ikan, yang diyakini sebagai salah satu gerbang utama di Yerusalem, kemungkinan besar menjadi pusat aktivitas komersial dan sosial. Bayangkan sebuah tempat yang biasanya ramai dengan suara tawar-menawar, percakapan, dan kehidupan sehari-hari, kini diselimuti oleh jeritan ketakutan dan keputusasaan. Jeritan ini bukan jeritan biasa, melainkan jeritan yang menandakan kekalahan, penderitaan, dan hilangnya semua harapan. Ini adalah suara dari kota yang sedang dilanda malapetaka.
Kemudian, ayat ini melanjutkan dengan gambaran "ratapan dari […] di tempat yang baru". Meskipun teks asli terkadang memiliki variasi, esensinya tetap sama: kesedihan mendalam akan melanda berbagai penjuru kota. "Tempat yang baru" bisa merujuk pada pemukiman baru yang mungkin telah berkembang di luar tembok kota, atau area lain yang sebelumnya dianggap aman namun kini turut merasakan kehancuran. Ratapan ini adalah ekspresi dari duka mendalam atas kehilangan harta benda, orang-orang terkasih, dan rasa aman yang selama ini mereka nikmati.
Bagian terakhir dari ayat ini, "dan deru gemuruh dari bukit-bukit", melengkapi gambaran kehancuran yang menyeluruh. Bukit-bukit yang mengelilingi Yerusalem, yang seringkali menjadi saksi bisu kejayaan kota, kini bergema dengan suara kehancuran. Deru gemuruh ini bisa diartikan sebagai suara pertempuran, suara kehancuran bangunan, atau bahkan suara alam yang turut merespons kemarahan ilahi. Seluruh lanskap, dari gerbang kota hingga perbukitan, akan diterpa oleh dampak penghakiman.
Zefanya 1:10 bukan hanya tentang peristiwa masa lalu. Ayat ini berfungsi sebagai pengingat abadi tentang konsekuensi dari dosa dan ketidaktaatan. Ia menggambarkan sebuah kota yang dulunya bangga dan makmur, kini dibanjiri oleh kehancuran karena telah berpaling dari Tuhan dan tenggelam dalam praktik-praktik yang tidak berkenan di hadapan-Nya. Pesan yang disampaikan Zefanya adalah panggilan untuk pertobatan, sebuah seruan agar umatnya kembali kepada jalan Tuhan sebelum murka-Nya sepenuhnya dilimpahkan.
Konteks historis dari ramalan Zefanya merujuk pada ancaman penaklukan oleh Babel. Yerusalem dan Yehuda telah lama terlibat dalam penyembahan berhala, ketidakadilan sosial, dan mengabaikan hukum Tuhan. Zefanya, bersama nabi-nabi sezaman lainnya seperti Yeremia, memperingatkan bahwa tidak ada tempat yang aman dari penghakiman Tuhan jika umat-Nya terus berkeras kepala dalam dosa. Jeritan, ratapan, dan deru gemuruh adalah suara yang seharusnya menggugah hati untuk segera berbalik kepada sumber kehidupan yang sejati.
Memahami Zefanya 1:10 membantu kita untuk merenungkan betapa pentingnya ketaatan dan kesetiaan kepada Tuhan. Kehancuran yang digambarkan dalam ayat ini adalah bukti bahwa Tuhan tidak akan membiarkan dosa berlalu begitu saja. Namun, di balik peringatan yang keras ini, selalu ada ruang bagi harapan bagi mereka yang mau mendengarkan dan bertobat. Pesan ini terus relevan, mengingatkan kita untuk menjaga hati dan hidup kita tetap dekat dengan Sang Pencipta.