"Lalu Yusuf berkata kepada saudara-saudaranya: 'Aku akan mati, tetapi Allah pasti akan melawat kamu dan membawa kamu keluar dari negeri ini ke negeri yang telah dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub.'"
Kejadian 50:25 adalah ayat penutup dari kisah panjang dan penuh lika-liku Yusuf. Ayat ini diucapkan Yusuf di akhir hidupnya, sebuah pesan terakhir yang sarat makna bagi saudara-saudaranya dan seluruh keturunan Israel. Kisah Yusuf adalah gambaran dramatis tentang pengkhianatan, penderitaan, ketidakadilan, kesetiaan, dan pada akhirnya, campur tangan ilahi yang membawa kebaikan dari keburukan.
Sejak kecil, Yusuf telah menunjukkan kualitas istimewa, yang membuatnya menjadi anak kesayangan Yakub. Namun, kesayangan ini berujung pada kecemburuan dan kebencian saudara-saudaranya. Mereka menjual Yusuf menjadi budak di Mesir. Perjalanan hidup Yusuf di Mesir tidaklah mudah. Ia mengalami pemenjaraan yang tidak adil, namun di tengah semua itu, ia tetap memegang teguh imannya dan menunjukkan integritas. Kemampuannya menafsirkan mimpi membawanya dari penjara ke posisi kedua terkuat di Mesir, di bawah Firaun.
Ketika kelaparan melanda tanah Kanaan, saudara-saudara Yusuf datang ke Mesir untuk membeli gandum. Mereka tidak mengenali Yusuf yang kini telah berubah dan berkuasa. Dalam serangkaian ujian, Yusuf akhirnya mengungkapkan identitasnya kepada mereka. Momen ini adalah puncak dari puluhan tahun penderitaan dan kerinduan. Saudara-saudaranya diliputi ketakutan dan penyesalan mendalam.
Namun, alih-alih membalas dendam, Yusuf menunjukkan belas kasih dan pengampunan yang luar biasa. Ia berkata, "Janganlah kamu takut, sebab aku sendiripun takut kepada Allah." Pernyataan ini menegaskan bahwa dalam setiap kesulitan yang dialaminya, Yusuf selalu melihat tangan Tuhan bekerja. Ia tidak melihat kejadian itu hanya sebagai kejahatan saudara-saudaranya, tetapi sebagai bagian dari rencana Allah yang lebih besar.
Ayat 50:25 ini menjadi inti dari pesan Yusuf. Ia sadar akan kematiannya yang semakin dekat. Namun, fokusnya bukan pada dirinya sendiri, melainkan pada masa depan bangsanya. Ia mengingatkan saudara-saudaranya akan janji Allah kepada leluhur mereka: Abraham, Ishak, dan Yakub. Janji tersebut adalah tentang tanah yang dijanjikan dan keturunan yang akan menjadi bangsa besar.
Meskipun saat itu mereka berada di Mesir sebagai pendatang, Yusuf memberikan jaminan dan pengharapan bahwa Allah akan "melawat" mereka. Kata "melawat" dalam konteks ini memiliki arti mengunjungi, memperhatikan, dan menolong. Yusuf yakin bahwa Allah akan membawa mereka keluar dari Mesir dan menuju tanah perjanjian. Ini adalah pengingat bahwa kesetiaan Allah tidak pernah goyah, bahkan ketika umat-Nya melalui masa-masa tergelap sekalipun. Kisah Yusuf dan ayat ini mengajarkan kita untuk melihat kesulitan bukan sebagai akhir segalanya, tetapi sebagai bagian dari proses di mana Allah dapat bekerja untuk membawa kita pada tujuan-Nya yang mulia. Harapan ini sangat penting bagi umat Israel di sepanjang perjalanan mereka, bahkan hingga kini.