Memahami Konteks 1 Korintus 11:18
Surat pertama Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus adalah salah satu tulisan yang paling mendalam mengenai kehidupan gereja mula-mula. Dalam pasal 11, Paulus membahas beberapa isu penting, termasuk cara berpakaian dalam ibadah dan yang paling relevan dengan ayat 18, yaitu pelaksanaan Perjamuan Kudus. Ayat ini menjadi pembuka bagi Paulus untuk menguraikan apa yang salah dalam perayaan Perjamuan Kudus di Korintus.
Pernyataan Paulus bahwa "aku dengar ada perpecahan di antara kamu" menunjukkan bahwa kabar mengenai kondisi jemaat Korintus sampai kepadanya. Ini bukan sekadar gosip, melainkan sebuah pengamatan yang Paulus percaya sebagai kebenaran. Perpecahan ini tentu saja sangat mengkhawatirkan, terutama ketika terjadi dalam sebuah momen yang seharusnya menyatukan, yaitu saat berkumpul sebagai jemaat untuk bersekutu dengan Tuhan dan sesama.
Perpecahan dalam Jemaat
Ayat ini menggarisbawahi sebuah realitas pahit: perpecahan bisa saja menyusup bahkan ke dalam komunitas yang seharusnya menjadi tempat kasih dan persatuan. Di Korintus, perpecahan ini tampaknya begitu kentara sehingga mengganggu makna fundamental dari pertemuan jemaat, khususnya saat mereka memperingati kematian Kristus melalui Perjamuan Kudus. Paulus tidak merinci sifat pasti dari perpecahan tersebut dalam ayat ini, namun konteks selanjutnya dalam pasal ini mengisyaratkan adanya perbedaan status sosial, ekonomi, dan mungkin perbedaan pandangan teologis atau gaya hidup yang memicu kesenjangan dan ketidakadilan di antara anggota jemaat.
Dalam masyarakat Korintus yang sangat hierarkis, kemungkinan besar perbedaan status sosial mempengaruhi cara anggota jemaat memperlakukan satu sama lain, bahkan dalam ibadah. Hal ini berpotensi menciptakan kelompok-kelompok di dalam jemaat, yang bertentangan dengan esensi "satu tubuh" Kristus. Perpecahan ini merusak keutuhan persekutuan dan meredupkan kesaksian mereka kepada dunia luar.
Menuju Persekutuan yang Sehat
Ayat 18 mengingatkan kita bahwa gereja bukanlah entitas yang kebal dari masalah. Tantangan perpecahan, kesenjangan, dan ketidakselarasan adalah sesuatu yang harus dihadapi dan diatasi. Paulus, dengan kasih dan otoritas apostoliknya, tidak hanya mengidentifikasi masalah, tetapi juga menawarkan solusi dan pengajaran yang mendalam.
Fokus pada "pertama-tama" oleh Paulus menunjukkan bahwa kesatuan dan keutuhan jemaat adalah prioritas utama. Tanpa kesatuan, ibadah dan perayaan sakramen kehilangan kekuatannya. Mengatasi perpecahan berarti kembali kepada ajaran Kristus tentang kasih, kerendahan hati, dan pelayanan. Ini juga berarti menempatkan nilai setiap individu sebagai anggota tubuh Kristus, terlepas dari latar belakang mereka. Perjamuan Kudus seharusnya menjadi momen untuk meneguhkan kembali komitmen kita pada Kristus dan pada satu sama lain, sebagai pengingat akan pengorbanan-Nya yang mempersatukan kita semua.