1 Korintus 11:21 - Mengenali Makna Perjamuan Kudus

"Sebab pada waktu makan masing-masing mendahului makanannya sendiri, sehingga yang seorang lapar, yang lain mabuk."
Komuni

Simbol Perjamuan Kudus

Konteks dan Pesan Paulus

Ayat 1 Korintus 11:21 adalah bagian dari surat Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus, di mana ia membahas berbagai persoalan yang dihadapi oleh komunitas Kristen awal tersebut. Dalam konteks ini, Paulus sedang berbicara mengenai cara beribadah, khususnya mengenai perjamuan kasih (agape) yang pada saat itu seringkali beriringan dengan Perjamuan Kudus. Tampaknya, jemaat Korintus mengalami masalah serius dalam pelaksanaan perjamuan ini, yang seharusnya menjadi momen penting untuk mengenang pengorbanan Yesus Kristus dan memelihara persatuan dalam tubuh Kristus.

Paulus dengan tegas menegur cara mereka yang egois dan tidak teratur. Frasa "masing-masing mendahului makanannya sendiri" menunjukkan adanya kesenjangan sosial dan spiritual di antara anggota jemaat. Orang-orang yang lebih kaya atau lebih memiliki kedudukan tampaknya datang lebih awal dan menghabiskan makanan serta minuman mereka tanpa memperhatikan saudara seiman yang lain. Akibatnya, "yang seorang lapar, yang lain mabuk." Kondisi ini sangat kontras dengan makna sejati dari perjamuan kudus yang seharusnya menjadi lambang kesatuan, kasih, dan kerendahan hati.

Makna Perjamuan Kudus yang Sejati

Perjamuan Kudus, sebagaimana diajarkan oleh Yesus sendiri dan dijelaskan lebih lanjut oleh Paulus (misalnya dalam 1 Korintus 11:23-26), adalah sebuah tindakan peringatan yang mendalam. Ini adalah kesempatan bagi orang percaya untuk merenungkan cinta tanpa syarat Allah yang dinyatakan melalui kematian Yesus di kayu salib. Roti yang dipecah melambangkan tubuh Kristus yang patah bagi dosa-dosa kita, sementara anggur melambangkan darah-Nya yang tertumpah untuk mendamaikan kita dengan Allah.

Lebih dari sekadar ritual, Perjamuan Kudus adalah pengingat akan perjanjian baru yang telah dibuat Allah dengan umat-Nya melalui darah Kristus. Ini seharusnya memupuk rasa syukur, kerendahan hati, dan kesadaran akan kebutuhan kita akan penebusan. Namun, pengalaman jemaat Korintus menunjukkan bahwa tujuan mulia ini bisa ternoda oleh perilaku yang tidak mencerminkan kasih Kristus. Keegoisan dan ketidakpedulian terhadap sesama merusak makna kesatuan yang seharusnya diperkuat melalui perjamuan ini.

Penerapan di Masa Kini

Teguran Paulus kepada jemaat Korintus tidak hanya relevan di masa lalu, tetapi juga memiliki makna mendalam bagi gereja-gereja dan individu Kristen di masa kini. Perjamuan Kudus tetap menjadi pusat ibadah bagi banyak denominasi Kristen. Namun, penting untuk bertanya pada diri sendiri, apakah kita mendekati perjamuan ini dengan hati yang benar? Apakah kita membawa sikap keserakahan, kesombongan, atau perselisihan ke dalam hadirat Tuhan?

Menghadapi "lapar" dan "mabuk" dalam konteks modern mungkin tidak selalu berarti kelaparan fisik atau mabuk alkohol. Namun, hal itu dapat melambangkan bentuk kesenjangan spiritual atau material lainnya dalam persekutuan. Mungkin ada anggota jemaat yang merasa "lapar" secara rohani karena kurangnya perhatian atau dukungan dari sesama, sementara yang lain mungkin "mabuk" dalam kesuksesan duniawi atau kepuasan diri yang membuat mereka abai terhadap kebutuhan orang lain.

Untuk memperingati Perjamuan Kudus dengan layak, kita dipanggil untuk memeriksa hati kita. Apakah kita datang dengan kerendahan hati, mengakui dosa-dosa kita dan kebutuhan kita akan kasih karunia Allah? Apakah kita mengasihi sesama kita sebagaimana Kristus telah mengasihi kita, siap untuk berbagi, melayani, dan menopang satu sama lain? Perjamuan Kudus adalah undangan untuk mengalami dan mengekspresikan persatuan yang sejati dalam Kristus, melampaui perbedaan sosial, ekonomi, atau latar belakang apa pun. Dengan demikian, kita dapat benar-benar mengenang pengorbanan-Nya dan hidup sesuai dengan panggilan-Nya sebagai satu tubuh dalam Kristus.