1 Korintus 14:17

"Sebab memang benar, syukurmu itu baik, tetapi orang lain tidak dibangun olehnya."
Ilustrasi

Firman Tuhan dalam 1 Korintus 14:17 ini membawa sebuah perspektif yang sangat penting mengenai karunia-karunia rohani dan bagaimana penggunaannya dalam persekutuan orang percaya. Rasul Paulus menekankan bahwa meskipun ungkapan syukur dan pujian kepada Tuhan adalah sesuatu yang baik dan benar, namun nilai sesungguhnya dari sebuah tindakan atau perkataan di dalam jemaat diukur dari kemampuannya untuk membangun orang lain. Ini adalah sebuah prinsip yang mendalam, yang seharusnya menjadi panduan bagi setiap pribadi yang memiliki karunia rohani atau bahkan dalam setiap interaksi kita.

Dalam konteks surat 1 Korintus, Paulus sedang membahas tentang keragaman karunia rohani yang diberikan oleh Roh Kudus kepada jemaat di Korintus. Ada berbagai macam karunia, mulai dari nubuat, berbahasa roh, hingga penafsiran bahasa roh. Namun, seringkali terjadi kesalahpahaman dan bahkan penyalahgunaan karunia-karunia ini, terutama bahasa roh, yang bisa menimbulkan kebingungan dan kesan eksklusif jika tidak dilakukan dengan tertib dan disertai pengertian. Ayub ini menjadi penegasan bahwa tujuan utama dari setiap pemberian Tuhan bukanlah sekadar untuk kepuasan pribadi atau demonstrasi kehebatan spiritual semata, melainkan untuk pertumbuhan rohani seluruh tubuh Kristus.

Ayat ini secara eksplisit menyatakan, "Sebab memang benar, syukurmu itu baik, tetapi orang lain tidak dibangun olehnya." Pernyataan ini bukan berarti bersyukur itu salah atau tidak perlu. Sebaliknya, bersyukur dan memuji Tuhan adalah respons yang sangat mulia dan penting bagi orang percaya. Namun, Paulus ingin menunjukkan bahwa ada momen dan konteks di mana fokus utama seharusnya bergeser dari diri sendiri atau dari sekadar ekspresi spiritual kita kepada kebutuhan orang lain. Ketika kita beribadah bersama, tujuan utama adalah agar semua orang dapat mengambil bagian, memahami, dan dikuatkan. Jika karunia yang digunakan, sekecap apapun itu, justru membuat orang lain tidak paham atau merasa tersisih, maka tujuan pembangunan jemaat tidak tercapai.

Oleh karena itu, 1 Korintus 14:17 memanggil kita untuk memiliki kepekaan rohani. Kita perlu bertanya pada diri sendiri, "Apakah apa yang saya lakukan, katakan, atau gunakan dari karunia Tuhan ini benar-benar membangun saudara seiman saya? Apakah ini membawa mereka lebih dekat kepada Tuhan dan memahami kebenaran-Nya?" Membangun dalam konteks ini bisa berarti menguatkan iman mereka, memberikan penghiburan, memberikan nasihat yang membangun, atau bahkan sekadar berbagi sukacita dalam pengertian yang dapat diterima bersama. Intinya adalah berfokus pada kesatuan dan pertumbuhan bersama dalam Kristus.

Dalam kehidupan sehari-hari di luar ibadah formal, prinsip ini juga tetap relevan. Bagaimana kita menggunakan talenta kita, perkataan kita, atau bahkan sumber daya kita. Apakah itu hanya untuk kepuasan diri sendiri, ataukah kita juga memikirkan bagaimana hal itu dapat menjadi berkat dan membangun orang-orang di sekitar kita? Ayat ini adalah pengingat yang indah bahwa pelayanan sejati selalu berpusat pada orang lain, dengan kasih Kristus sebagai motivasinya. Mari kita senantiasa mengupayakan agar setiap tindakan kita, terutama dalam lingkup persekutuan, benar-benar menjadi sarana pembangunan bagi jemaat.