Kisah yang terbentang dalam Kitab 1 Raja-raja pasal 1, khususnya pada ayat 36, bukan sekadar catatan peristiwa sejarah, melainkan sebuah pengingat akan pentingnya kesetiaan, terutama kesetiaan yang bersumber dari keyakinan ilahi. Pada momen genting ketika takhta kerajaan Daud diperebutkan dan berbagai pihak mencoba memengaruhi keputusan raja yang sudah uzur, Benaya bin Yoyada tampil sebagai sosok yang teguh pendirian.
Dalam kekacauan dan intrik politik yang mewarnai akhir masa pemerintahan Raja Daud, banyak yang berlomba-lomba untuk mendapatkan dukungan dan menempatkan calon raja pilihan mereka. Adonia, salah satu putra Daud, mencoba mengambil alih kekuasaan secara prematur. Namun, Nabi Natan dan Uskup Agung Zadok memiliki rencana lain, yaitu memastikan bahwa Salomo, putra Daud yang lain, yang telah dinubuatkan Daud sebagai penerusnya, dinobatkan sebagai raja. Dialog antara Benaya dan Raja Daud pada ayat 36 ini menjadi momen krusial.
Benaya, yang merupakan panglima kepercayaan Daud, memberikan respons yang begitu ringkas namun sarat makna. Ucapan "Amin! TUHAN, Allah tuan hamba, menyertai tuan raja!" mencerminkan lebih dari sekadar persetujuan. Ini adalah pengakuan imamat dan doa profetik. Benaya tidak hanya menyatakan kesetiaan kepada raja Daud secara pribadi, tetapi juga kepada takdir ilahi yang telah ditetapkan bagi pemerintahan Israel. Ia meyakini bahwa pilihan untuk menobatkan Salomo bukanlah semata-mata kehendak manusia, melainkan kehendak Tuhan.
Pernyataan Benaya ini menegaskan bahwa kesetiaan sejati tidak hanya terikat pada penguasa duniawi, tetapi juga pada kekuasaan dan rencana Tuhan. Di tengah gejolak perebutan kekuasaan, Benaya berdiri teguh pada prinsipnya, mengandalkan kepastian firman dan penyertaan Tuhan. Kesetiaannya ini menjadi landasan moral yang kuat bagi legitimasi Salomo sebagai raja.
Simbol kesetiaan dan janji yang teguh.
Kisah Benaya bin Yoyada dalam 1 Raja-raja 1:36 memberikan pelajaran berharga bagi kita di era modern. Di tengah berbagai tekanan, godaan, dan informasi yang sering kali membingungkan, penting bagi kita untuk menemukan jangkar keyakinan yang kuat. Kesetiaan kepada prinsip-prinsip ilahi, kejujuran, dan integritas harus menjadi kompas dalam setiap tindakan kita.
Ketika kita menghadapi keputusan sulit, baik dalam pekerjaan, keluarga, maupun kehidupan pribadi, kita diingatkan untuk mencari hikmat dan bimbingan Tuhan. Sama seperti Benaya yang mengakui penyertaan Tuhan atas raja, kita pun dapat meyakini bahwa Tuhan akan menyertai kita ketika kita bertindak sesuai dengan kehendak-Nya. Komitmen kita pada kebenaran, meskipun kadang terasa berat, pada akhirnya akan membawa pada hasil yang lebih baik dan berkat yang berkelanjutan.
Ayat ini juga mengajarkan kita pentingnya memiliki orang-orang yang setia dan berprinsip di sekitar kita. Benaya adalah contoh seorang pengikut yang tidak hanya menjalankan tugas, tetapi juga memiliki iman yang kuat dan siap bersaksi tentang keyakinannya. Mari kita renungkan bagaimana kita dapat menjadi pribadi yang memiliki kesetiaan teguh, yang berakar pada iman dan selalu siap menyatakan, "Amin! TUHAN menyertai kita!"