Ayat dari 1 Raja-Raja 13:22 ini merupakan sebuah peringatan keras yang disampaikan melalui seorang nabi kepada seorang pria saleh dari Yehuda yang datang ke Betel. Peristiwa ini terjadi pada masa Raja Yerobeam, raja dari Kerajaan Israel Utara, yang telah memisahkan diri dari Kerajaan Yehuda. Yerobeam telah mendirikan patung lembu emas di Betel dan di Dan sebagai pusat ibadah alternatif, menjauhkan rakyatnya dari ibadah kepada TUHAN di Yerusalem.
Pria saleh dari Yehuda ini diutus oleh Tuhan untuk bernubuat melawan mezbah di Betel. Ia menyampaikan pesan ilahi dengan berani, yang membuktikan keotentikan kenabiannya ketika mezbah itu terbelah dan abunya tumpah. Setelah itu, Yerobeam memanggilnya untuk makan dan memberinya hadiah. Namun, nabi itu menolak, dengan tegas menyatakan bahwa Tuhan telah memerintahkannya untuk tidak makan, tidak minum, dan tidak kembali melalui jalan yang sama ia datang.
Di sinilah letak inti dari ayat yang sedang kita renungkan. Ketika nabi itu sedang dalam perjalanan pulang, seorang nabi tua dari Betel menemukannya dan berbohong kepadanya. Nabi tua ini mengaku bahwa Tuhan telah berbicara kepadanya, memerintahkan agar nabi muda itu dibawa kembali ke rumahnya untuk makan dan minum. Nabi muda itu, yang mungkin merasa tersanjung atau percaya pada perkataan sesama nabi, akhirnya mengikutinya.
Perintah Tuhan yang asli adalah untuk tidak makan, tidak minum, dan tidak kembali melalui jalan yang sama. Dengan kembali dan makan bersama nabi tua yang berbohong, nabi muda itu telah melanggar perintah Tuhan secara langsung. Ayat 1 Raja-Raja 13:22 adalah respons Tuhan terhadap pelanggaran ini. Tuhan menegur nabi muda itu bukan karena ia tidak berbuat salah, melainkan karena ia telah mengabaikan firman Tuhan yang jelas dan memilih untuk mendengarkan suara lain yang menyesatkan. Konsekuensinya sangat berat: ia akan dilontarkan keluar dari tempat yang telah Tuhan berikan kepadanya.
Renungan dari ayat ini sangat relevan bagi kehidupan kita saat ini. Kita hidup di dunia yang penuh dengan berbagai suara, informasi, dan ajaran. Seringkali, kita dihadapkan pada pilihan untuk tetap setia pada firman Tuhan atau mengikuti arus yang lebih mudah, yang mungkin datang dari lingkungan sekitar, media sosial, atau bahkan dari orang-orang yang tampaknya memiliki otoritas rohani.
Kita belajar bahwa ketaatan kepada Tuhan bukanlah sesuatu yang bisa ditawar-tawar. Bahkan tindakan kecil yang tampak tidak signifikan, seperti mengabaikan satu perintah spesifik Tuhan, dapat memiliki konsekuensi yang serius dalam perjalanan iman kita. Penting bagi kita untuk selalu menguji segala sesuatu berdasarkan firman Tuhan. Apakah ajaran itu selaras dengan Alkitab? Apakah dorongan itu berasal dari Tuhan atau dari keinginan diri sendiri atau pengaruh duniawi?
Nabi muda dalam kisah ini menjadi contoh tragis tentang betapa berbahayanya ketidaksetiaan dan kemudahan untuk tergoda oleh kepalsuan. Peringatan Tuhan adalah untuk menjaga kita dari bahaya kehilangan berkat dan kedekatan kita dengan-Nya. Mari kita berkomitmen untuk mendengarkan suara Tuhan dengan setia, taat pada setiap firman-Nya, dan tidak mudah tersesat oleh suara-suara lain yang menggoda.