1 Raja-Raja 15:8

"Dan Abia tidur bersama-sama dengan nenek moyangnya, dan ia dikuburkan di kota Daud. Maka Baesa, anaknya, menjadi raja menggantikan dia."

Pemerintahan Abia dan Baesa

Ayat 1 Raja-Raja 15:8 memberikan penutup yang ringkas mengenai masa pemerintahan Raja Abia dari Yehuda. Ia adalah putra Rehabeam dan menggantikan ayahnya sebagai raja Yehuda. Meskipun masa pemerintahannya tergolong singkat, tercatat dalam kitab ini bahwa ia juga mengikuti jejak dosa ayahnya dan tidak sepenuhnya setia kepada Tuhan. Ayat ini secara tegas menyatakan akhir dari pemerintahannya dan transisi kekuasaan kepada putranya, Baesa.

Kematian seorang raja selalu menandai sebuah era baru, dan dalam kasus Abia, hal ini membuka jalan bagi Baesa untuk naik takhta. Kitab Raja-Raja berfungsi sebagai catatan sejarah yang mendokumentasikan silsilah, pemerintahan, dan terutama kesetiaan atau ketidaksetiaan para raja Israel dan Yehuda kepada perjanjian mereka dengan Tuhan. Narasi ini sering kali menekankan konsekuensi dari pilihan-pilihan para pemimpin terhadap nasib kerajaan mereka.

Baesa, yang kini menjadi raja, memiliki tanggung jawab besar untuk memimpin Yehuda. Namun, sejarah mencatat bahwa ia pun tidak luput dari kesalahan. Berbeda dengan ayahnya yang mungkin memiliki sisi ketidaksetiaan yang lebih terselubung atau dibatasi oleh pengaruh, Baesa justru secara aktif memberontak terhadap Tuhan. Dalam kitab suci, Baesa dicatat sebagai sosok yang meneruskan bahkan memperburuk jalan dosa dari raja-raja sebelumnya. Tindakannya bukan hanya mengecewakan Tuhan, tetapi juga membawa dampak negatif yang signifikan bagi kerajaan.

Tuhan

Simbol kesetiaan dan ketidaksetiaan dalam pemerintahan.

Kisah Abia dan Baesa ini adalah pengingat bahwa kepemimpinan yang teguh dan setia kepada Tuhan adalah pondasi yang krusial bagi kesejahteraan suatu bangsa. Kitab Raja-Raja terus mengungkap bagaimana keputusan para raja, baik yang baik maupun yang buruk, memiliki riak yang panjang, memengaruhi stabilitas politik, keamanan, dan hubungan umat dengan Tuhan. Di sini, kita melihat transisi dari satu raja ke raja berikutnya, di mana pilihan untuk tetap berada di jalan Tuhan atau berpaling darinya menjadi tema sentral yang terus berulang.

Ayat ini, meskipun singkat, membuka jendela ke dalam narasi yang lebih besar tentang kepemimpinan, kesetiaan, dan konsekuensi ilahi. Perubahan raja adalah momen penting, dan kitab ini tidak ragu untuk mencatat kualitas spiritual dari setiap pemimpin yang memegang kendali. Masa pemerintahan Abia diakhiri, dan kepemimpinan diwariskan, namun pertanyaan yang muncul adalah apakah kepemimpinan baru ini akan membawa kesejahteraan atau kehancuran bagi Yehuda, dan ini akan dijawab dalam pasal-pasal berikutnya.