Kitab 1 Raja-raja pasal 15 ayat 9 memperkenalkan kita pada sosok Raja Yotam, seorang pemimpin Kerajaan Yehuda yang dikenal karena pemerintahannya yang baik. Ayat ini secara ringkas menyatakan, "Dan Yotam berbuat apa yang benar di mata TUHAN; ia melakukan segala sesuatu seperti yang telah dilakukan oleh ayahnya, Uzia." Pernyataan ini bukan sekadar pengakuan biasa, melainkan sebuah penanda penting dalam catatan sejarah Israel kuno, yang seringkali diwarnai oleh pergolakan dan ketidaktaatan.
Pemerintahan Yotam adalah sebuah periode yang relatif tenang dan stabil bagi Kerajaan Yehuda. Ia mengambil alih takhta setelah ayahnya, Raja Uzia, yang juga seorang raja yang saleh dan cakap, harus mengasingkan diri karena penyakit kusta. Yotam meneruskan tradisi kebaikan dan ketaatan terhadap hukum Tuhan yang telah dibangun oleh pendahulunya. Ini menunjukkan bahwa kepemimpinan yang baik dapat menjadi warisan yang berharga, di mana generasi penerus memilih untuk melanjutkan jejak kebaikan, bukan terjerumus ke dalam kesalahan generasi sebelumnya.
Apa arti sebenarnya dari "berbuat apa yang benar di mata TUHAN"? Ini berarti Yotam menempatkan Tuhan di pusat pemerintahannya. Ia memerintah dengan adil, menegakkan hukum, dan mendorong umatnya untuk hidup sesuai dengan perintah-perintah Tuhan. Dalam konteks sejarah Israel, ini adalah sebuah pencapaian yang luar biasa. Banyak raja sebelum dan sesudahnya yang cenderung mengikuti jalan kesesatan, menyembah berhala, atau mengabaikan keadilan bagi rakyatnya. Yotam, sebaliknya, memilih untuk menjadi teladan kesalehan dan integritas.
Kehidupan di bawah pemerintahan yang saleh seperti Yotam seringkali mendatangkan berkat dan kemakmuran. Meskipun kitab ini tidak merinci setiap aspek pemerintahannya, penekanan pada ketaatannya menunjukkan bahwa Kerajaan Yehuda mengalami masa stabilitas, keamanan, dan mungkin juga pertumbuhan rohani. Ketaatan kepada Tuhan bukanlah sekadar ritual, tetapi sebuah gaya hidup yang memengaruhi setiap aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat.
Meneruskan warisan kebaikan bukanlah tugas yang mudah. Yotam harus berhadapan dengan tantangan, namun ia tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip yang benar. Baginya, memimpin berarti melayani Tuhan dan umat-Nya dengan setia. Teladannya menjadi pengingat bagi kita semua, terutama bagi mereka yang berada dalam posisi kepemimpinan, bahwa integritas dan ketaatan kepada prinsip-prinsip ilahi adalah fondasi yang kokoh untuk membangun sesuatu yang bertahan lama dan membawa dampak positif.
Ayat 1 Raja-raja 15:9 mengajarkan kita pentingnya kepemimpinan yang berakar pada kesalehan. Yotam adalah contoh nyata dari seorang pemimpin yang memilih jalan kebenaran, mengikuti jejak ayahnya yang saleh. Ini menggarisbawahi bahwa teladan yang baik dapat melampaui satu generasi, menginspirasi stabilitas dan berkat bagi seluruh bangsa.