Kisah tentang Raja Baesa dalam Kitab 1 Raja-Raja pasal 16, khususnya ayat ke-4, menyajikan sebuah momen kelam dalam sejarah Kerajaan Israel Utara. Ayat ini secara gamblang menggambarkan akhir tragis dari keturunan Yerobeam yang tidak setia kepada Tuhan. Kematian seluruh keluarga Baesa, yang dilakukan oleh para pengikutnya sendiri, adalah sebuah konsekuensi langsung dari kesalahannya yang besar di mata Tuhan.
Baesa naik takhta setelah memusnahkan seluruh keluarga raja Nadab, putra Yerobeam. Tindakannya sendiri, meskipun bertujuan mengamankan kekuasaannya, tidak serta merta membuatnya setia kepada Tuhan. Sebaliknya, Alkitab mencatat bahwa Baesa meneruskan jalan dosa Yerobeam, yaitu mendirikan penyembahan berhala di Israel. Ia menggerakkan seluruh bangsa untuk menyembah ilah-ilah asing, menjauhkan mereka dari penyembahan kepada TUHAN yang benar. Perilakunya ini secara konsisten memprovokasi murka Tuhan.
Ayat 1 Raja-Raja 16:4 menekankan bahwa pemusnahan keluarga Baesa terjadi "sesuai dengan firman TUHAN, yang difirmankan-Nya dengan perantaraan hamba-Nya, yaitu Yehu." Ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak pernah membiarkan dosa tanpa konsekuensi. Peringatan-peringatan-Nya, yang disampaikan melalui para nabi-Nya, sering kali diabaikan. Namun, pada akhirnya, keadilan Tuhan akan ditegakkan. Kematian yang brutal ini bukan sekadar ulah manusia yang haus kekuasaan, melainkan pelaksanaan penghukuman ilahi.
Peristiwa ini juga menyoroti tanggung jawab besar seorang pemimpin. Baesa, sebagai raja, memiliki kewajiban untuk menuntun rakyatnya kepada Tuhan, bukan menjauhkan mereka. Keputusannya untuk mengizinkan dan bahkan mempromosikan penyembahan berhala memiliki dampak luas yang menghancurkan spiritualitas bangsa. Perbuatan buruk seorang pemimpin dapat merusak generasi dan menarik murka Tuhan atas seluruh bangsa.
Kisah Baesa menjadi pengingat abadi bahwa ketidaksetiaan kepada Tuhan, terutama ketika dilakukan oleh mereka yang berada di posisi kekuasaan, selalu berujung pada kehancuran. Ayat ini, meskipun ringkas, mengandung makna mendalam tentang kedaulatan Tuhan, konsekuensi dosa, dan pentingnya kepemimpinan yang takut akan Tuhan. Penghakiman yang menimpa Baesa dan keluarganya adalah cerminan dari keteguhan Tuhan dalam menjaga perjanjian-Nya dan menegakkan keadilan-Nya terhadap mereka yang memberontak.
Seluruh rangkaian peristiwa ini tercatat dalam Kitab 1 Raja-Raja untuk memberikan pelajaran kepada generasi-generasi berikutnya. Ia mengingatkan bahwa integritas spiritual dan ketaatan kepada Tuhan adalah fondasi yang paling kokoh bagi sebuah bangsa, lebih dari sekadar kekuatan politik atau kekayaan materi. Ketaatan kepada firman Tuhan, yang disampaikan melalui para nabi-Nya, adalah jalan menuju berkat, sementara penolakan akan berujung pada penghakiman.