1 Raja-Raja 18:35 - Doa Elia Memanggil Api

"Lalu air itu berlimpah-limpah di sekitar mezbah itu, bahkan selokan itupun dipenuhinya dengan air."

Kisah yang terpahat dalam 1 Raja-Raja 18:35 bukan sekadar narasi sejarah tentang seorang nabi bernama Elia. Ini adalah sebuah gambaran dramatis tentang iman, tantangan, dan intervensi ilahi yang luar biasa. Ayat ini muncul di puncak sebuah konfrontasi monumental di Gunung Karmel, sebuah peristiwa yang menguji keberanian Elia dan menghentikan penyembahan berhala Baal di Israel.

Dalam perikop ini, kita melihat kesaksian Elia atas kelemahan dan ketidakmampuan para nabi Baal. Setelah berhari-hari tantangan dan ejekan, Elia akhirnya melaksanakan tugasnya. Dia menginstruksikan agar mezbah TUHAN yang runtuh diperbaiki, dan kemudian melakukan sebuah tindakan yang terlihat nekat namun penuh keyakinan. Dia meminta agar mezbah itu dibanjiri dengan air, bukan hanya sekali, tetapi tiga kali, hingga selokan di sekelilingnya pun terisi penuh.

Tindakan ini tampaknya paradoks. Di tengah kekeringan yang melanda negeri, Elia justru meminta air yang berharga untuk dicurahkan ke atas mezbah batu. Bukan itu saja, dia juga meminta agar kayu bakar yang digunakan untuk persembahan dibasahi kuyup. Tujuannya jelas: untuk menghilangkan keraguan, untuk memastikan bahwa tidak ada trik atau tipuan yang bisa digunakan untuk menyalahkan Tuhan. Elia ingin membuktikan bahwa hanya TUHAN, Allah Israel, yang memiliki kuasa atas api dan kehidupan.

Ketika air telah melimpahi mezbah dan selokan di sekelilingnya, Elia memanjatkan doa. Doanya singkat namun penuh dengan otoritas dan keyakinan. Ia tidak meminta bukti, ia meminta agar Tuhan menunjukkan diri-Nya. Dan respons ilahi datang dengan dahsyat. Api turun dari langit, melahap korban bakaran, kayu bakar, batu mezbah, bahkan debu dan air di selokan. Pemandangan ini begitu dramatis, begitu meyakinkan, sehingga seluruh umat Israel yang menyaksikan jatuh tersungkur dan berseru, "TUHANlah Allah, TUHANlah Allah!"

Ayat 1 Raja-Raja 18:35 memberikan penekanan pada hasil akhir dari tindakan Elia dan mukjizat ilahi yang terjadi. Air yang melimpah yang tadinya mungkin dianggap pemborosan, kini menjadi bagian integral dari bukti kuasa Tuhan. Selokan yang terisi penuh air menjadi saksi bisu bahwa tidak ada kemungkinan bagi trik manusia. Ini adalah demonstrasi total bahwa Tuhan sanggup mengatasi segala keterbatasan dan situasi yang paling mustahil sekalipun.

Kisah ini memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya iman yang teguh di hadapan tantangan. Elia tidak menyerah pada keadaan, ia memilih untuk percaya pada kekuatan Allah yang tak terbatas. Pengorbanan air di Gunung Karmel adalah simbol dari totalitas penyerahan diri kepada Tuhan, dan api yang turun adalah bukti nyata bahwa Tuhan menghargai iman yang berani dan tulus. Kisah ini terus menginspirasi kita untuk menaruh kepercayaan penuh pada Tuhan, dalam segala keadaan, bahkan ketika akal sehat manusia mungkin berkata sebaliknya.