"Maka karena itu dia naik perlahan-lahan ke rumah tuannya, dan dia pun masuklah ke dalam mezbah, dan dia pun menaikan tangannya, dan dia pun meratap."
Simbol keseimbangan dan resolusi.
Ayat 1 Raja-raja 2:40, meskipun singkat, menyajikan sebuah momen dramatis dan sarat makna di akhir masa pemerintahan Raja Daud dan transisi kekuasaan kepada putranya, Salomo. Ayat ini menggambarkan tindakan terakhir dari Adonia, putra Daud yang lain, yang mencoba merebut takhta dan kemudian mencari perlindungan di Tabernakel setelah rencananya gagal. Tindakannya menaikkan tangan dan meratap di mezbah menunjukkan pengakuan atas kekalahannya dan permohonan ampun yang tulus.
Kitab 1 Raja-raja, khususnya pada pasal-pasal awal, sangat fokus pada peralihan kepemimpinan dari Daud kepada Salomo. Bab 2 mencatat instruksi terakhir Daud kepada Salomo, yang berisi nasihat penting untuk tetap setia kepada Tuhan dan menegakkan keadilan. Instruksi ini tidak hanya bersifat politis, tetapi juga spiritual, menekankan pentingnya integritas moral dalam memerintah. Daud juga mengingatkan Salomo untuk berurusan dengan orang-orang yang telah menentang kekuasaannya, termasuk Adonia, Yoab, dan Simei.
Dalam konteks ini, tindakan Adonia yang berlindung di mezbah adalah sebuah strategi yang umum pada masa itu. Mezbah dianggap sebagai tempat suci di mana orang yang mencari perlindungan dilindungi dari hukuman. Ini bukan berarti Adonia dibebaskan dari segala konsekuensi atas ambisinya, tetapi permohonannya di hadapan Tuhan dan dengan mengakui otoritas Salomo, memberikan kesempatan bagi Salomo untuk menunjukkan belas kasih sambil tetap menegakkan keadilan. Salomo dihadapkan pada ujian pertama integritasnya sebagai raja: apakah ia akan bertindak balas dendam atau menunjukkan kebijaksanaan dan keadilan yang Tuhan harapkan.
Salomo, yang dikenal dengan kebijaksanaannya, akhirnya memaafkan Adonia dengan syarat ia tetap setia dan tidak lagi mengancam takhtanya. Namun, kisah ini juga menjadi pengingat bahwa keadilan ilahi dan duniawi seringkali berjalan beriringan. Tindakan Adonia yang meratap di mezbah adalah pengakuan akan kesalahannya dan penyerahan diri pada kehendak Tuhan dan otoritas yang baru. Ini adalah momen refleksi, di mana setiap individu dihadapkan pada konsekuensi dari pilihan mereka.
Kisah ini juga mengajarkan kepada kita pentingnya integritas dalam memimpin. Daud, meskipun seorang raja yang dipilih Tuhan, memiliki kesalahan dalam hidupnya. Namun, ia berupaya keras untuk menanamkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan kepada putranya sebelum ia berpulang. Salomo harus belajar menyeimbangkan antara tegas dalam menegakkan hukum dan belas kasih dalam menghadapi mereka yang telah berbuat salah. Perjuangan Adonia di mezbah bukan hanya tentang hidupnya, tetapi juga tentang ujian karakter bagi Salomo, yang pada akhirnya akan menentukan arah kerajaan Israel di bawah kepemimpinannya.
Lebih luas lagi, ayat ini menggarisbawahi bahwa dalam setiap aspek kehidupan, termasuk politik dan pemerintahan, ada pengakuan akan otoritas yang lebih tinggi. Mezbah, sebagai simbol kehadiran Tuhan, mengingatkan bahwa setiap tindakan akan dipertanggungjawabkan. Adonia menemukan perlindungan terakhirnya di hadapan Tuhan, dan ini menjadi pelajaran penting bagi Salomo tentang bagaimana ia harus memerintah: dengan takut akan Tuhan dan menjalankan keadilan. Ini adalah fondasi penting bagi stabilitas dan kemakmuran bangsa Israel yang akan dibangun di bawah pemerintahan Salomo.